Thursday, August 12, 2021

PRASYARAT KEBERLANGSUNGAN APRESIASI SASTRA (9)

Djoko Saryono
 
Apresiasi sastra tidak dapat berlangsung secara tiba-tiba dan serta-merta. Ada prasyarat-prasyarat yang menentukan dapat berlangsung tidaknya. Hal ini berarti ter-dapat unsur penentu yang menjadi conditio sine qua non untuk keberlangsungan apresiasi sastra. Tanpa unsur penentu ini mustahil apresiasi sastra dapat berlangsung. Unsur penentu yang dimaksud adalah (i) karya sastra, (ii) pengapresiasi sastra, dan (iii) kontak karya sastra dengan pengapresiasi sastra. Artinya, berlangsung tidaknya apresiasi sastra memprasyaratkan adanya Belenggu (Armijn Pane), Atheis (Ahdiat Kartamihardja), Vickers Jepang (Nugroho Notosusanto), Langit Makin Mendung (Ki Panji Kusmin), dan Salah Asuhan (Abdul Muis) sebagai karya sastra di satu pihak dan di pihak lain memprasyaratkan adanya (sebutlah orang bernama) Rindang Kasih, Teduh Bumi, dan Angin Kembara selaku pengapresiasi sastra, dan proses kontak karya-karya tersebut dengan nama-nama tersebut yang tak kasat mata dan tanwujud.
 
Ketiga unsur penentu tersebut memiliki ciri khas/karateristik berbeda. Perbedaan ciri khas karya sastra, pengapresiasi sastra, dan proses kontak karya sastra dengan pengapresiasi sastra memengaruhi proses keberlangsungan apresiasi sastra, dalam hal ini mekanisme proses keberlangsungan dan hasil atau perolehan kegiatan apresiasi sastra. Bahkan perbedaan ciri khas antar-karya sastra dan antar pengapresiasi sastra dapat membedakan mekanisme proses keberlangsungan dan perolehan kegiatan apresiasi sastra. Jadi, perbedaan ciri khas antara Langit Makin Mendung, Atheis, dan Vickers Jepang dapat membedakan mekanisme proses keberlangsungan dan perolehan kegiatan apresiasi sastra. Demikian juga perbedaan ciri khas antara Rindang Kasih, Teduh Bumi, dan Angin Kembara. Perbedaan ciri khas kedua unsur penentu ini malahan dapat membedakan proses kontak antara karya sastra dan pengapresiasi sastra (unsur penentu ketiga). Ketiga unsur penentu tersebut tidak otomatis membuat apresiasi sastra dapat berlangsung. Kedapatberlangsungan masih ditentukan oleh beberapa prasyarat lain. Pertama, karya sastra dan pengapresiasi sastra harus mempunyai aktivitas dan melaksanakan aktivitas seturut kebutuhan masing-masing. Dalam masing-masing unsur tersebut perlu ada dinamika internal. Maksudnya, karya sastra harus diandaikan memiliki sukma yang menggerakkan dirinya untuk ber hubungan dengan pengapresiasi sastra; dan pengapresiasi sastra harus memiliki gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan yang bisa digunakan untuk berhubungan dengan karya sastra.
 
Kedua, unsur proses harus bisa “memaksa” atau membimbing karya sastra dan pengapresiasi sastra untuk melakukan kontak atau komunikasi. Ini mengisyaratkan bahwa antara karya sastra dan pengapresiasi sastra harus berada pada “jalan” yang sama, tapi pada titik berbeda, mengarah pada aras berlawanan, dan masing-masing ber gerak menuju titik pusat yang sama yang disebut proses kontak atau komunikasi. Di sini bisa diandaikan baik karya sastra maupun pengapresiasi sastra berada di suatu jalan yang membujur selatan-utara. Karya sastra berada di ujung selatan jalan, bergerak ke utara ke arah pengapresiasi sastra, sedang pengapresiasi sastra berada di ujung utara jalan, bergerak ke selatan ke arah karya sastra. Keduanya bergerak dengan kecepatan sama dan pada saat bersamaan pula. Keduanya bertemu di tengah, kemudian saling menyapa dan menjamu; dan inilah yang disebut proses kontak atau komunikasi.  Hal ini dapat berlangsung bila dipenuhi prasyarat ketiga berikut.
 
Ketiga, karya sastra harus menghidangkan sinyal-sinyal sastra wi atau kesastraan yang merangsang dan memikat radar-radar nurani, rasa, dan budi pengapresiasi. Pada saat bersamaan radar-radar nurani, rasa, dan budi itu harus menyantap sinyal-sinyal sastrawi atau kesastraan tersebut. Demikian juga sebaliknya: nurani, rasa, dan budi pengapresiasi harus mengirim sinyal-sinyal apresiatif ke pada karya sastra. Bila hal ini terjadi, maka telah terjadi persambungan hubungan dan perjamuan antara karya sastra dan pengapresiasi sastra di dalam (unsur) proses kontak atau komunikasi.
 
Jika butir ketiga tersebut dapat berlangsung dengan baik dan mulus, maka dapat dikatakan telah terjadi perjamuan dan percakapan antara karya sastra dan pengapresiasi sastra di dalam proses apresiasi sastra. Ini berarti apresiasi sastra dapat dikatakan telah berlangsung. Kegiatan apresiasi sastra yang bisa berwujud membaca karya sastra, melisankan karya sastra, dan menyimak pelisanan karya sastra dapat disebut berlangsung. Masing-masing dapat berdiri sendiri, dapat pula saling mendukung.
 
Bersambung 10

*) Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd., Guru Besar Jurusan Sastra Indonesia di Fakultas Sastra pada kampus UNM (Universitas Negeri Malang). Telah banyak menghasilkan buku, artikel apresiasi sastra, serta budaya. Dan aktif menjadi pembicara utama di berbagai forum ilmiah kesusatraan tingkat Nasional juga Internasional. http://sastra-indonesia.com/2021/08/prasyarat-keberlangsungan-apresiasi-sastra-9/

No comments:

Post a Comment

A Kholiq Arif A. Anzieb A. Muttaqin A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Kirno Tanda Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu Afri Meldam Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Hernawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi Ahid Hidayat Ahmad Baedowi Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Khadafi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Ali Audah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amir Hamzah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andi Achdian Andra Nur Oktaviani Anindita S Thayf Anton Kurnia Anton Kurniawan Apresiasi Sastra (APSAS) Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Aryadi Mellas AS Laksana Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Astree Hawa Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Ngashim Badaruddin Amir Balada Bambang Darto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Budi Darma Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Christine Hakim Cinta Laura Kiehl Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Dandy Bayu Bramasta Dani Sukma Agus Setiawan Daniel Dhakidae Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Rina Cahyani Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dick Hartoko Djajus Pete Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eduard Tambunan Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Faizin Eko Nuryono Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Endang Susanti Rustamadji Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evi Idawati Evi Sukaesih F. Rahardi Fadhila Ramadhona Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Faisal Fathur Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Farid Gaban Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Fina Sato Fitri Franz Kafka Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Hairus Salim Hamdy Salad Happy Salma Hardi Hamzah Hardjono WS Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasif Amini HB Jassin Hendy Pratama Henry Nurcahyo Herman Syahara Hernadi Tanzil Heru Nugroho Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Made Agung Iberamsyah Barbary Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idrus Ignas Kleden Ilham Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imelda Bachtiar Imron Rosyid Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indria Pamuhapsari Indrian Koto Inung AS Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS Iva Titin Shovia Iwan Nurdaya-Djafar Iwan Simatupang Jabbar Abdullah Jakob Oetama Jakob Sumardjo Jalaluddin Rakhmat Jaleswari Pramodhawardani James Joyce Jansen H. Sinamo Januardi Husin Jauhari Zailani JJ. Kusni John H. McGlynn Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joni Ariadinata Juan Kromen Junaidi Khab Kahfie Nazaruddin Kamajaya Al. Katuuk Khansa Arifah Adila Kho Ping Hoo Khoirul Abidin Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kitab Para Malaikat Knut Hamsun Koh Young Hun Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kurniawan Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leo Tolstoy Lesbumi Yogyakarta Levi Silalahi Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah M Shoim Anwar M. Aan Mansyur M. Abdullah Badri M. Adnan Amal M. Faizi M.D. Atmaja Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Marianne Katoppo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Mashuri Max Arifin MB. Wijaksana Melani Budianta Mohammad Yamin Muhammad Ainun Nadjib Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Mulyadi SA Munawir Aziz Mustamin Almandary Mustiar AR Musyafak Timur Banua Myra Sidharta Nara Ahirullah Naskah Teater Nawal el Saadawi Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurur Rokhmah Bintari Oka Rusmini Onghokham Otto Sukatno CR Pakcik Ahmad Pameran Parakitri T. Simbolon Pattimura Pentigraf Peter Handke Petrik Matanasi Pramoedya Ananta Toer Prima Sulistya Priyo Suwarno Prosa Puisi Purwanto Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Ng. Ronggowarsito R. Timur Budi Raja Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan KH Rambuana Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Raudal Tanjung Banua Raymond Samuel Reko Alum Remmy Novaris DM Remy Sylado Resensi Rey Baliate Ribut Wijoto Riduan Situmorang Rikard Diku Riki Dhamparan Putra Riri Satria Rizki Alfi Syahril Robert Adhi KS Roland Barthes Ronggowarsito Rony Agustinus Royyan Julian Rozi Kembara Rumah Kreatif Suku Seni Riau (RK – SSR) Rusdy Nurdiansyah Rusydi Zamzami S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Sajak Samsul Anam Santi T. Sapardi Djoko Damono Sari Novita Sarworo Sp Sasti Gotama Sastra Luar Pulau Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekar Sari Indah Cahyani Selendang Sulaiman Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Setiyardi Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sobih Adnan Soegiharto Sofyan RH. Zaid Sonia Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sri Wintala Achmad Stephen Barber Subagio Sastrowardoyo Sugito Ha Es Sukron Ma’mun Sumargono SN Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani T. Sandi Situmorang Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Toeti Heraty Tri Umi Sumartyarini Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy Wahyu Dhyatmika Wahyu Hidayat Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Adi Willem B Berybe WS. Rendra Y.B. Mangunwijaya Yohanes Sehandi Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusi A. Pareanom Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito Zeynita Gibbons Zulfikar Akbar