Thursday, August 12, 2021

Mario Vargas Llosa Karya Seni Realitas Dunia

Surya Lesmana
suarapembaruan.com
 
Dia adalah novelis asal Peru, yang juga dramawan, esais, dan kritikus sastra penerima penghargaan Nobel untuk Sastra pada 2010 ini. Dia adalah Mario Vargas Llosa, salah satu dari sejumlah penulis di dunia Hispanik. Ia mendapatkan hadiah Nobel untuk karyanya mengenai kartografi dari struktur kekuasaan dalam melawan tekanan, perlawanan, pemberontakan, serta kekalahan individu.
 
Novel-novel karyanya kebanyakan dibuat di Peru. Teknik penulisan Vargas Llosa banyak dipengaruhi gaya avant-garde, di mana ia menciptakan sebuah karya seni mengenai realitas dunia. Sikapnya tegas dalam menuliskan novel meski fiksi, dan isinya juga bukanlah propaganda ideologi. Ia mengikuti tradisi dari para penulis di Amerika Latin pada masanya, sebagai pengkritik sosial dengan tema tulisan mengenai korupsi politik, machismo (kejantanan), perlakuan rasial, dan kekerasan.
 
Vargas Llosa lahir di Arequipa (Peru) pada 1936. Pada usia setahun, ia sudah pindah ke Bolivia setelah perpisahan kedua orangtuanya. Namun, di usia delapan tahun, kedua orangtuanya kembali rujuk, dan ia menetap di ibu kota Peru, Lima. Ketika masih menimba ilmu pada 1950, Vargas Llosa bekerja sebagai jurnalis untuk La Industria, di mana jabatannya adalah asisten redaktur jurnal sastra. Ia juga bekerja sebagai jurnalis untuk Radio Panamericana dan La Cronica. Di sana, ia mulai menulis karya-karyanya yang dimuat dalaam cerita bersambung. “Tulisan saya memang dipengaruhi William Faulkner (penulis AS peraih Nobel Sastra 1949). Namun, saya lebih meniru Ernest Hemingway (peraih Nobel Sastra pada 1954),” ungkapnya.
 
Pada 1955, Vargas Llosa menikah dengan Julia Urquidi. Mereka hidup bersama selama sembilan tahun sebelum akhirnya bercerai pada 1964. Semasa pernikahan itulah, ia meraih gelar kesarjanaan di Universitas San Marcos pada jurusan Kesusastraan dan hukum. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Madrid, Spanyol, tempat ia meraih gelar PhD. Disertasi Doktoral Vargas Llosa mengenai Garcia Marquez, seorang novelis, jurnalis, dan aktivis politik Kolombia.
 
Marquez dikenal dengan karya besarnya Relato de un nufrago sebuah kisah nyata tentang kapal karam dengan menuliskan kehadiran barang-barang gelap di sebuah kapal Angkatan Laut Kolombia, yang membuat kapal itu kelebihan muatan dan karam. Karya ini menjadi kontroversi publik Kolombia, karena cerita itu membantah laporan resmi pemerintah mengenai kejadian sekitar kecelakaan itu, yang mempersalahkan badai dan mengagungkan pelaut yang selamat.
 
Akibatnya, Garc?a M?rquez menjadi tokoh yang tak disukai pemerintah pimpinan Jenderal Gustavo Rojas Pinilla. Bersama dengan Marquez, Carlos Fuentes, dan Julio Cortazar, Vargas Llosa termasuk penulis terkenal yang mampu merevitalisasi novel Amerika Latin.
 
Obsesi Bawah Sadar
 
Di usia muda, Vargas Llosa menimba ilmu di Akademi Militer Leoncio Prado. Di akademi militer tersebut, Vargas Llosa terinspirasi untuk membuat novel La Ciudad Y Los Perros (The Time of Hero) pada 1962. Buku ini mendapatkan pengakuan internasional, karena dianggap dibuat melalui proses penulisan obsesi bawah sadar yang diubah menjadi tema oleh sang novelis.
 
Karyanya yang lain adalah La Tia Julia Y El Escribidor (Bibi Julia dan Naskah) pada 1977 yang ditulisnya dengan gaya humor yang liar, mengenai seorang novelis bernama Marito Varguitas yang ingin ditembak sang ayah, karena pada usia 18 tahun hendak menikahi seorang wanita yang lebih tua Julia yang digambarkan cantik dan seksi.
 
Kemudian, ada Guerra La Del Fin del Mundo (Perang Akhir Dunia) pada 1981 cerita tentang pemberontakan melawan Pemerintah Brasil di akhir abad 19.
 
Selain tulisan fiksi, Vargas Llosa juga membuat tulisan mengenai reportasenya sebagai seorang jurnalis yang dimuat di The New York Times, Le Monde, The Times Literary, El Pas, dan surat kabar berpengaruh lainnya. Salah satu artikelnya mengenai perang di Irak dikumpulkan menjadi sebuah buku Diario de irak (2003). Kemudian, bersama putranya, Morgana, Vargas Llosa pergi ke Israel dan Palestina pada tahun 2005, dan mencatat apa yang terjadi di sana ke dalam sebuah buku Guerra Paz O Santa (2006). “Israel telah menjadi sebuah negara kuat dan arogan, dan itu disebabkan peran dan kebijakan dari sekutunya,” ungkap Vargas Llosa.
 
Pada 1975 dan 2006, Vargas Llosa membuat buku kritik sastra mengenai novel hebat karya Gustave Flaubert Madame Bovary. Dalam bukunya, Travesuras De La Nina Mala (2006) Vargas Llosa menggambarkan karakter Emma Bovary seorang istri dokter yang terlibat dalam perselingkuhan.
 
Vargas llosa juga pernah menjadi juri untuk Festival Film Internasional Canes 1976, yang memenangi film karya Martin Scorsese, Taxi Driver. Kepedulian pada politik di negaranya membuat Vargas Llosa mencalonkan diri menjadi kandidat Presiden Peru pada 1990 dari Partai Fredemo yang beraliran demokratik. Ini jelas merupakan perubahan sikap karena sebelumnya ia dikenal mendukung Revolusi Kuba, namun berubah menjadi liberal yang kekanan-kananan. Banyak kritik mengarah pada perubahan pandangannya tersebut, namun Vargas Llosa menjawab “Politik itu adalah salah satu ‘setan’ yang paling gigih yang memprovokasi kreativitas saya,” ujarnya [Berbagai sumber]
 
Mario Vargas Llosa
Tempat/Tanggal Lahir:
Arequipa, Peru, 28 Maret 1936
Pendidikan:
– Universitas Nasional San Marcos
– University of Madrid, Spanyol
Penghargaan:

Nobel untuk Sastra 2010 http://sastra-indonesia.com/2010/10/mario-vargas-llosa-karya-seni-realitas-dunia/

No comments:

Post a Comment

A Kholiq Arif A. Anzieb A. Muttaqin A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Kirno Tanda Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu Afri Meldam Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Hernawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi Ahid Hidayat Ahmad Baedowi Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Khadafi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Ali Audah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amir Hamzah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andi Achdian Andra Nur Oktaviani Anindita S Thayf Anton Kurnia Anton Kurniawan Apresiasi Sastra (APSAS) Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Aryadi Mellas AS Laksana Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Astree Hawa Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Ngashim Badaruddin Amir Balada Bambang Darto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Budi Darma Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Christine Hakim Cinta Laura Kiehl Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Dandy Bayu Bramasta Dani Sukma Agus Setiawan Daniel Dhakidae Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Rina Cahyani Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dick Hartoko Djajus Pete Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eduard Tambunan Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Faizin Eko Nuryono Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Endang Susanti Rustamadji Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evi Idawati Evi Sukaesih F. Rahardi Fadhila Ramadhona Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Faisal Fathur Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Farid Gaban Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Fina Sato Fitri Franz Kafka Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Hairus Salim Hamdy Salad Happy Salma Hardi Hamzah Hardjono WS Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasif Amini HB Jassin Hendy Pratama Henry Nurcahyo Herman Syahara Hernadi Tanzil Heru Nugroho Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Made Agung Iberamsyah Barbary Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idrus Ignas Kleden Ilham Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imelda Bachtiar Imron Rosyid Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indria Pamuhapsari Indrian Koto Inung AS Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS Iva Titin Shovia Iwan Nurdaya-Djafar Iwan Simatupang Jabbar Abdullah Jakob Oetama Jakob Sumardjo Jalaluddin Rakhmat Jaleswari Pramodhawardani James Joyce Jansen H. Sinamo Januardi Husin Jauhari Zailani JJ. Kusni John H. McGlynn Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joni Ariadinata Juan Kromen Junaidi Khab Kahfie Nazaruddin Kamajaya Al. Katuuk Khansa Arifah Adila Kho Ping Hoo Khoirul Abidin Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kitab Para Malaikat Knut Hamsun Koh Young Hun Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kurniawan Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leo Tolstoy Lesbumi Yogyakarta Levi Silalahi Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah M Shoim Anwar M. Aan Mansyur M. Abdullah Badri M. Adnan Amal M. Faizi M.D. Atmaja Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Marianne Katoppo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Mashuri Max Arifin MB. Wijaksana Melani Budianta Mohammad Yamin Muhammad Ainun Nadjib Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Mulyadi SA Munawir Aziz Mustamin Almandary Mustiar AR Musyafak Timur Banua Myra Sidharta Nara Ahirullah Naskah Teater Nawal el Saadawi Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurur Rokhmah Bintari Oka Rusmini Onghokham Otto Sukatno CR Pakcik Ahmad Pameran Parakitri T. Simbolon Pattimura Pentigraf Peter Handke Petrik Matanasi Pramoedya Ananta Toer Prima Sulistya Priyo Suwarno Prosa Puisi Purwanto Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Ng. Ronggowarsito R. Timur Budi Raja Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan KH Rambuana Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Raudal Tanjung Banua Raymond Samuel Reko Alum Remmy Novaris DM Remy Sylado Resensi Rey Baliate Ribut Wijoto Riduan Situmorang Rikard Diku Riki Dhamparan Putra Riri Satria Rizki Alfi Syahril Robert Adhi KS Roland Barthes Ronggowarsito Rony Agustinus Royyan Julian Rozi Kembara Rumah Kreatif Suku Seni Riau (RK – SSR) Rusdy Nurdiansyah Rusydi Zamzami S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Sajak Samsul Anam Santi T. Sapardi Djoko Damono Sari Novita Sarworo Sp Sasti Gotama Sastra Luar Pulau Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekar Sari Indah Cahyani Selendang Sulaiman Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Setiyardi Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sobih Adnan Soegiharto Sofyan RH. Zaid Sonia Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sri Wintala Achmad Stephen Barber Subagio Sastrowardoyo Sugito Ha Es Sukron Ma’mun Sumargono SN Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani T. Sandi Situmorang Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Toeti Heraty Tri Umi Sumartyarini Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy Wahyu Dhyatmika Wahyu Hidayat Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Adi Willem B Berybe WS. Rendra Y.B. Mangunwijaya Yohanes Sehandi Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusi A. Pareanom Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito Zeynita Gibbons Zulfikar Akbar