Tuesday, July 20, 2021

Kapan Indonesia Meraih Nobel?

Ki Supriyoko *
suarapembaruan.com
 
Kamis 10 Desember 2009 ini, Presiden Amerika Serikat Barack H Obama diagendakan hadir di City Hall, Oslo, Norwegia, untuk menerima hadiah nobel. Seperti kita ketahui, pada bulan Oktober lalu Barack Obama telah ditetapkan sebagai pemenang hadiah nobel untuk bidang perdamaian.
 
Peraih nobel tahun ini hampir semua dari AS. Nobel Perdamaian untuk Barack Obama, Nobel Fisika untuk Charles K Kao, Williard S. Boyle dan George E Smith; Nobel Kimia untuk Venkatraman Ramakrishnan, Thomas Steitz dan Ada Yonath; Nobel Kesehatan untuk Elizabeth H Blackburn, Carol W Greider dan Jack W Szostak, Nobel Ekonomi untuk Elinor Ostrom dan Oliver Williamson, dan Nobel Sastra untuk Herta Mueller. Dari 13 nama tersebut, 11 di antaranya adalah orang AS.
 
Pada hari yang sama, 10 Desember 2009, mereka menerima hadiah nobel yang diimpikannya, sebagian menerimanya di Oslo, Norwegia, antara lain, untuk pemenang Nobel Perdamaian dan sebagiannya lagi di Stockholm, Swedia antara lain, untuk pemenang Nobel Fisika.
 
Nobel sudah sangat dikenal oleh masyarakat dunia. Ini bukan saja tradisi penghargaannya sudah dilakukan setiap tahun sejak lebih dari seabad lalu, tetapi juga karena penghargaan nobel dianggap sesuatu yang sangat prestigious, bergengsi, dan bermartabat.Untuk mendapatkan penghargaan Nobel tidaklah mudah karena harus melalui liku-liku yang cukup panjang. Untuk menentukan pemenang penghargaan bidang fisika dan kimia dilakukan oleh the Royal Swedish Academy of Sciences, bidang kedokteran oleh the Karolinska Institute, bidang sastra oleh the Swedish Academy; dan bidang perdamaian oleh sebuah komite yang ditunjuk oleh Norwegian Storting.
 
Perguruan Tinggi
 
Apabila kita cermati sejarah kehidupannya, sebenarnya Nobel sendiri merupakan nama keluarga (family name). Ayahnya bernama Immanuel Nobel dan ibunya Andriette Ahlsell Nobel. Jadi Nobel bukanlah nama asli sebagaimana dengan nama orang di Indonesia.
 
Keinginan Nobel (Alfred) untuk memberikan hadiah bagi orang yang melakukan usaha kemanusiaan kini telah terwujud. Lebih 500 hadiah nobel dibagikan. Di bidang kimia, hadiah nobel pertama (1901) diterima Jacobus Henricus van ‘t Hoff (Belanda), dan terakhir (2009) oleh Venkatraman Ramakrishnan (AS), Thomas Steitz (AS) dan Ada Yonath (Israel); Bidang ini penting karena Nobel sendiri mengawali karier bidang kimia. Ia bekerja di laboratorium Profesor TJ Pelouze, kimiawan terkenal, kala itu.
 
Apabila kita amati, dalam beberapa tahun yang terakhir ini ternyata penghargaan nobel lebih banyak, meski tidak selalu, diterima oleh orang-orang dari kalangan perguruan tinggi. Konkretnya: Thomas Steitz dari Yale University (AS), Ada Yonath dari Institute of Sains Weizmann (Israel), Elinor Ostrom dari Indiana University (AS), Oliver Williamson dari California University at Berkeley (AS), dan sebagainya.
 
Sering diterimanya penghargaan nobel oleh civitas perguruan tinggi bisa mengalihkan orientasi pendidikan, yaitu ke nobel. Itulah sebabnya civitas universitas selalu berusaha meraih nobel sekiranya memungkinkan. Hal itu juga terjadi di Jepang, karena warga universitasnya beberapa kali menerima penghargaan nobel. Ketika saya berkunjung ke Showa University, ada dosen setempat menanyakan apakah universitas tempat kerja Anda ada yang pernah menerima nobel? Tentu saya terbengong karena “suasana” nobel di Indonesia tidaklah setinggi di Jepang.
 
Kapan Indonesia?
 
Tanpa bermaksud “mengkultuskan” Nobel, kalangan perguruan tinggi dan lembaga keilmuan di negara-negara maju pada umumnya memang telah memperhitungkan peraihan nobel dalam menunjukkan kinerjanya. Apabila kita membaca laporan yang dipublikasikan oleh Shanghai Jiao Tong University dalam “Top 500 World Universities 1-100” (2008), diterangkan bahwa salah satu indikator penentuan suatu perguruan tinggi berkelas dunia adalah ada-tidaknya peraih penghargaan nobel di lembaga pendidikan itu.
 
Di Indonesia, mulai tahun 2006 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah “meniru” pemberian penghargaan nobel yang diberi nama Indonesia Scientific Award; di samping lembaga keilmuan ini telah mendatangkan Douglas Dean Osheroff, peraih hadiah Nobel Fisika tahun 1996 bersama David Morris Lee serta Robert Coleman Richardson. Harapannya, pada 2020 nanti salah satu putra terbaik Indonesia dapat meraih hadiah nobel.
 
Di Jakarta, sejak tahun 2005 telah diselenggarakan SMA kelas super. Kelas ini menampung siswa SMP yang memiliki kecerdasan tinggi, IQ-nya di atas 120, dan nilai ujian nasionalnya tinggi, di samping harus lulus seleksi yang ketat. Harapannya, tamatan lulusan SMA kelas super ini bisa melanjutkan studi ke universitas terbaik di luar negeri, syukur-syukur kelak lulusan tersebut dapat menerima penghargaan nobel. Apa yang dilakukan LIPI dan pengelola SMA kelas super tersebut di atas kiranya merupakan bagian dari skenario penerimaan penghargaan nobel bagi putra-putri terbaik Indonesia tahun 2020 nanti. Akankah berhasil skenario ini? Entahlah.
***

*) Penulis adalah Direktur Program Pascasarjana Universitas Tamansiswa Yogyakarta serta pembina Sekolah Unggulan “Insan Cendekia” Yogyakarta. http://sastra-indonesia.com/2010/10/kapan-indonesia-meraih-nobel/

No comments:

Post a Comment

A Kholiq Arif A. Anzieb A. Muttaqin A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Kirno Tanda Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu Afri Meldam Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Hernawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi Ahid Hidayat Ahmad Baedowi Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Khadafi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Ali Audah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amir Hamzah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andi Achdian Andra Nur Oktaviani Anindita S Thayf Anton Kurnia Anton Kurniawan Apresiasi Sastra (APSAS) Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Aryadi Mellas AS Laksana Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Astree Hawa Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Ngashim Badaruddin Amir Balada Bambang Darto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Budi Darma Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Christine Hakim Cinta Laura Kiehl Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Dandy Bayu Bramasta Dani Sukma Agus Setiawan Daniel Dhakidae Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Rina Cahyani Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dick Hartoko Djajus Pete Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eduard Tambunan Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Faizin Eko Nuryono Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Endang Susanti Rustamadji Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evi Idawati Evi Sukaesih F. Rahardi Fadhila Ramadhona Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Faisal Fathur Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Farid Gaban Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Fina Sato Fitri Franz Kafka Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Hairus Salim Hamdy Salad Happy Salma Hardi Hamzah Hardjono WS Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasif Amini HB Jassin Hendy Pratama Henry Nurcahyo Herman Syahara Hernadi Tanzil Heru Nugroho Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Made Agung Iberamsyah Barbary Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idrus Ignas Kleden Ilham Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imelda Bachtiar Imron Rosyid Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indria Pamuhapsari Indrian Koto Inung AS Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS Iva Titin Shovia Iwan Nurdaya-Djafar Iwan Simatupang Jabbar Abdullah Jakob Oetama Jakob Sumardjo Jalaluddin Rakhmat Jaleswari Pramodhawardani James Joyce Jansen H. Sinamo Januardi Husin Jauhari Zailani JJ. Kusni John H. McGlynn Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joni Ariadinata Juan Kromen Junaidi Khab Kahfie Nazaruddin Kamajaya Al. Katuuk Khansa Arifah Adila Kho Ping Hoo Khoirul Abidin Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kitab Para Malaikat Knut Hamsun Koh Young Hun Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kurniawan Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leo Tolstoy Lesbumi Yogyakarta Levi Silalahi Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah M Shoim Anwar M. Aan Mansyur M. Abdullah Badri M. Adnan Amal M. Faizi M.D. Atmaja Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Marianne Katoppo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Mashuri Max Arifin MB. Wijaksana Melani Budianta Mohammad Yamin Muhammad Ainun Nadjib Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Mulyadi SA Munawir Aziz Mustamin Almandary Mustiar AR Musyafak Timur Banua Myra Sidharta Nara Ahirullah Naskah Teater Nawal el Saadawi Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurur Rokhmah Bintari Oka Rusmini Onghokham Otto Sukatno CR Pakcik Ahmad Pameran Parakitri T. Simbolon Pattimura Pentigraf Peter Handke Petrik Matanasi Pramoedya Ananta Toer Prima Sulistya Priyo Suwarno Prosa Puisi Purwanto Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Ng. Ronggowarsito R. Timur Budi Raja Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan KH Rambuana Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Raudal Tanjung Banua Raymond Samuel Reko Alum Remmy Novaris DM Remy Sylado Resensi Rey Baliate Ribut Wijoto Riduan Situmorang Rikard Diku Riki Dhamparan Putra Riri Satria Rizki Alfi Syahril Robert Adhi KS Roland Barthes Ronggowarsito Rony Agustinus Royyan Julian Rozi Kembara Rumah Kreatif Suku Seni Riau (RK – SSR) Rusdy Nurdiansyah Rusydi Zamzami S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Sajak Samsul Anam Santi T. Sapardi Djoko Damono Sari Novita Sarworo Sp Sasti Gotama Sastra Luar Pulau Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekar Sari Indah Cahyani Selendang Sulaiman Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Setiyardi Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sobih Adnan Soegiharto Sofyan RH. Zaid Sonia Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sri Wintala Achmad Stephen Barber Subagio Sastrowardoyo Sugito Ha Es Sukron Ma’mun Sumargono SN Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani T. Sandi Situmorang Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Toeti Heraty Tri Umi Sumartyarini Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy Wahyu Dhyatmika Wahyu Hidayat Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Adi Willem B Berybe WS. Rendra Y.B. Mangunwijaya Yohanes Sehandi Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusi A. Pareanom Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito Zeynita Gibbons Zulfikar Akbar