Friday, July 23, 2021

Evi Idawati, Kembali Rilis Buku Baru, Mencintaimu

Eka Fendri Putra
suarakarya-online.com
 
Cinta merupakan salah satu tema besar yang tidak akan habis dieksplorasi dalam penciptaan karya seni. Terlebih di dalam puisi. Hampir semua penyair menuliskan pemahamannya tentang cinta, baik sebagai wahana ekspresi maupun sebagai satu cara komunikasi penyair terhadap realitas di sekelilingnya.
 
Berbicara tentang cinta bukan hanya berbicara tentang bahasa ungkap yang dimiliki perorangan atau personal tetapi sudah menjadi bahasa yang universal. Maka kemudian cinta tak lekang oleh jaman.
 
Meski didengungkan oleh ribuan penyair, para kreator yang mengekspresikan hati dan pikirannya di dalam karya-karyanya, dari jaman dulu sampai sekarang. Tetap saja cinta layak untuk dibicarakan. Layak untuk dikumandangkan. Tidak usang untuk disuarakan. Evi Idawati bukan penyair baru dalam Sastra Indonesia, meskipun kiprahnya merambah hampir disemua ranah seni, teater, sinetron, film dan masih banyak lagi. Tetapi sudah empat buku puisinya diterbitkan.
 
Pengantin Sepi (2002), Namaku Sunyi (2005), Imaji dari Batas Negeri (2008) dan yang sedang anda baca sekarang ini adalah Mencintaimu (2010). Evi Idawati termasuk penyair yang produktif.
 
Dia tidak hanya menulis puisi, tetapi juga cerpen, novel dan juga skenario. Karya-karyanya banyak tersebar di media massa. Sebuah kebanggaan bagi IsacBook untuk menerbitkan kali kedua buku puisi penyair perempuan Indonesia ini setelah buku puisi Imaji dari Batas Negeri yang diterima masyarakat pecinta sastra dengan baik.
 
Di dalam buku ini, Evi Idawati mengeksplorasi cinta sebagai pencapaian kemanusiaannya yang dituangkan lewat bait kata yang indah, lembut dengan pengendapan makna yang memikat. Mencintai dan mengasihi manusia yang mendasari cintanya kepada Sang Pencipta.
 
Membaca puisi-puisi Evi Idawati dalam kumpulan ini, anda akan diajak menjelajah dan menemukan makna-makna baru tentang cinta.Sajak-sajak Evi Idawati dalam antologi ini dapat digolongkan sebagai sajak-sajak imajis. Hampir semua bertumpu pada citra-citra lihatan (Viasual image) atau citra-citra kongkrit.
 
Kadang citra-citra itu dibangun seakan sebuah swa-cakapan (monolog) yang tak memberi tempat kepada lawan bicara untuk menjawab. Sajak-sajak jenis ini mulai menonjol pada tahun 1970an, antara lain dengan munculnya antologi Mata Pisau Sapardi Djoko Damono, dan kemudian diikuti banyak penulis angkatan berikutnya, tetapi sedikit sekali yang berhasil dan konsisten.
***
 
Evi Idawati adalah penyair angkatan 2000an yang berhasil menghidupkan kembali aliran ini walaupun dewasa ini cenderung dilupakan. Corak pengucapan sajak-sajaknya cenderung sederhana, tetapi didukung oleh semangat puitik yang memadai.
 
Kata Abdul Hadi WM dalam catatannya untuk buku ini, sementara Baban Banita Ketua Prodi Sastra Unpad mengatakan bahwa Sesungguhnya, puisi-puisi Evi Idawati diwarnai oleh ragam kerinduan pilu yang berisi cabik-cabik luka perang. karena kesejajaran sekaligus kejauhan antara kehendak dekat kepada Tuhan dengan keinginan dekat kepada kekasih manusia.
 
Jika kehendak dekat pada Tuhan segalanya pasti, yakni kepasrahan dan permintaan yang sekaligus, absolut dan sangat tunggal. Sedangkan pada kekasih manusia, keinginan dekat itu seperti angin yang terus melayang-layang dalam kepastian dan ketidakpastian.
 
Keinginan tersebut kemudian campuraduk jadi satu: antara cinta yang dipayungi kepasrahan juga rasa ketidakpercayaan pada kekasih manusia.
 
Anda bisa mendapatkan puisi-puisi cinta Evi Idawati dan menjadikan koleksi yang bisa ditempatkan bersama buku-buku lain yang anda miliki. Semoga Sanggup memberi inspirasi dan pemahaman bagi siapapun yang membacanya sepanjang waktu.
***

http://sastra-indonesia.com/2010/09/evi-idawati-kembali-rilis-buku-baru-mencintaimu/

No comments:

Post a Comment

A Kholiq Arif A. Anzieb A. Muttaqin A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Kirno Tanda Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu Afri Meldam Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Hernawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi Ahid Hidayat Ahmad Baedowi Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Khadafi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Ali Audah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amir Hamzah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andi Achdian Andra Nur Oktaviani Anindita S Thayf Anton Kurnia Anton Kurniawan Apresiasi Sastra (APSAS) Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Aryadi Mellas AS Laksana Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Astree Hawa Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Ngashim Badaruddin Amir Balada Bambang Darto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Budi Darma Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Christine Hakim Cinta Laura Kiehl Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Dandy Bayu Bramasta Dani Sukma Agus Setiawan Daniel Dhakidae Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Rina Cahyani Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dick Hartoko Djajus Pete Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eduard Tambunan Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Faizin Eko Nuryono Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Endang Susanti Rustamadji Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evi Idawati Evi Sukaesih F. Rahardi Fadhila Ramadhona Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Faisal Fathur Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Farid Gaban Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Fina Sato Fitri Franz Kafka Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Hairus Salim Hamdy Salad Happy Salma Hardi Hamzah Hardjono WS Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasif Amini HB Jassin Hendy Pratama Henry Nurcahyo Herman Syahara Hernadi Tanzil Heru Nugroho Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Made Agung Iberamsyah Barbary Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idrus Ignas Kleden Ilham Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imelda Bachtiar Imron Rosyid Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indria Pamuhapsari Indrian Koto Inung AS Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS Iva Titin Shovia Iwan Nurdaya-Djafar Iwan Simatupang Jabbar Abdullah Jakob Oetama Jakob Sumardjo Jalaluddin Rakhmat Jaleswari Pramodhawardani James Joyce Jansen H. Sinamo Januardi Husin Jauhari Zailani JJ. Kusni John H. McGlynn Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joni Ariadinata Juan Kromen Junaidi Khab Kahfie Nazaruddin Kamajaya Al. Katuuk Khansa Arifah Adila Kho Ping Hoo Khoirul Abidin Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kitab Para Malaikat Knut Hamsun Koh Young Hun Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kurniawan Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leo Tolstoy Lesbumi Yogyakarta Levi Silalahi Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah M Shoim Anwar M. Aan Mansyur M. Abdullah Badri M. Adnan Amal M. Faizi M.D. Atmaja Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Marianne Katoppo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Mashuri Max Arifin MB. Wijaksana Melani Budianta Mohammad Yamin Muhammad Ainun Nadjib Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Mulyadi SA Munawir Aziz Mustamin Almandary Mustiar AR Musyafak Timur Banua Myra Sidharta Nara Ahirullah Naskah Teater Nawal el Saadawi Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurur Rokhmah Bintari Oka Rusmini Onghokham Otto Sukatno CR Pakcik Ahmad Pameran Parakitri T. Simbolon Pattimura Pentigraf Peter Handke Petrik Matanasi Pramoedya Ananta Toer Prima Sulistya Priyo Suwarno Prosa Puisi Purwanto Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Ng. Ronggowarsito R. Timur Budi Raja Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan KH Rambuana Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Raudal Tanjung Banua Raymond Samuel Reko Alum Remmy Novaris DM Remy Sylado Resensi Rey Baliate Ribut Wijoto Riduan Situmorang Rikard Diku Riki Dhamparan Putra Riri Satria Rizki Alfi Syahril Robert Adhi KS Roland Barthes Ronggowarsito Rony Agustinus Royyan Julian Rozi Kembara Rumah Kreatif Suku Seni Riau (RK – SSR) Rusdy Nurdiansyah Rusydi Zamzami S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Sajak Samsul Anam Santi T. Sapardi Djoko Damono Sari Novita Sarworo Sp Sasti Gotama Sastra Luar Pulau Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekar Sari Indah Cahyani Selendang Sulaiman Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Setiyardi Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sobih Adnan Soegiharto Sofyan RH. Zaid Sonia Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sri Wintala Achmad Stephen Barber Subagio Sastrowardoyo Sugito Ha Es Sukron Ma’mun Sumargono SN Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani T. Sandi Situmorang Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Toeti Heraty Tri Umi Sumartyarini Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy Wahyu Dhyatmika Wahyu Hidayat Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Adi Willem B Berybe WS. Rendra Y.B. Mangunwijaya Yohanes Sehandi Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusi A. Pareanom Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito Zeynita Gibbons Zulfikar Akbar