Fakultas Sastra, Kampus B
Kesenian selalu menempati posisi yang kurang ‘beruntung’ dalam birokrasi pemerintahan. Hal ini terbukti dari keberadaan lingkup-lingkup kesenian dari mulai adanya gedung kesenian, acara-acara kesenian atau hal lain yang berhubungan dengan kesenian, pada ujungnya selalu mendapatkan perhatian minimalis dari pemerintah. Keberadaan lembaga seni yang menjadi wadah perjuangan para seniman pun, tak mampu bersaing dengan lembaga kepemudaan atau politik yang memang kerap menjadi sorotan utama.
Hasilnya, masalah finansial selalu menjadi kendala utama dalam penciptaan karya dalam lembaga seni. Hal lain yang juga menjadi evaluasi adalah adanya repetisi acara yang memang tidak memberikan suatu warna baru dalam iklim kesenian di suatu daerah. Berbicara tentang masalah lembaga kesenian di Surabaya, hal ini menjadi sorotan utama dalam acara seminar yang diadakan oleh BEM Fakultas Sastra, Jumat (8/12) kemarin.
Seminar yang bertajuk “Mempertanyakan Kembali Fungsi Lembaga Seni dan Budaya dalam Pelestarian Seni Lokal†ini menghadirkan 2 orang pembicara, yakni drs. Ari Bowo (Staf Ahli Dewan Kesenian Surabaya, dosen Fisip Unair) dan Dr. Setyo Yuwono Sudikan (Pemerhati Seni dan Budaya, pejabat Dekan di Unesa). Dalam makalahnya, salah satu pembicara menyatakan bahwa keberadaan lembaga kesenian di daerah kurang mendapatkan perhatian dan hanya berfungsi jika ada kegiatan saja, sedangkan untuk kegiatan operasional sehari-hari lembaga tersebut cenderung ‘mati’.
Dalam makalah lainnya diungkapkan pula bahwa kesenian selama ini hanya dianggap sebagai suatu pentas panggung yang massif, bukan suatu bentuk pementasan budaya yang sudah seharusnya mendapatkan perhatian lebih. Mengingat pentas budaya, sudah barang tentu mengandung nilai-nilai yang esensial.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sudah selayaknya pihak pemerintah dapat lebih pro aktif membantu jalannya roda Dewan Kesenian, karena proses kreatif seniman tidak bisa dipandang sebagai sebuah pengerjaan seperti halnya pekerjaan kantor. Dukungan penuh dari pihak-pihak yang terkait akan dapat menstimulasi proses kreatif para seniman, baik secara kelompok maupun individu.
Acara-acara kesenian yang cenderung berlangsung sendiri-sendiri menimbulkan respon yang kurang positif dari masyarakat. Dengan adanya wadah yang memfasilitasi acara-acara kesenian, baik secara individu maupun institusional, diharapkan dapat mengubah wajah kesenian di daerah.
Seminar Fakultas Sastra kali ini, juga diharapkan dapat memberikan wacana baru bagi rekan-rekan mahasiswa yang menaruh perhatian lebih kepada nasib kesenian di Surabaya, hingga mampu memberikan sumbangsih tertentu di bidang tersebut. "Untuk melihat bagaimana kesenian lokal tetap berdiri dengan segenap kesulitannya. Ayo... semua peserta seminar ini, terutama yang dari luar Jatim, nanti malam nonton Ludruk tobong di Wonokromo," himbau Dr. Setyo Yuwono kepada audience.
***
https://www.unair.ac.id/mengangkat-seni-di-surabaya-berita_608.html
No comments:
Post a Comment