Saturday, June 5, 2021

Kepekaan Sosial dengan Kreativitas Berkarya *

Agus R. Subagyo **
 
Saat Itu dan Nyatanya Saat Ini
 
Arus globalisasi yang terus bergulir, liberalisasi perdagangan dengan perdagangan bebas seiring dengan perkembangan teknologi membawa perubahan peradaban manusia. Dengan proses pergerakan yang percepatannya tinggi. Banyak sekali kebudayaan yang masuk (diimpor dengan sengaja) ke negara yang sedang carut-marut perekonomiannya seperti Indonesia saat ini.
 
Menilik kenyataannya di mana budaya-budaya lokal termarginalkan dan kalah bersaing dengan budaya impor. Dari kondisi yang memprihatinkan itu selayaknya muncul kegelisahan untuk melakukan proses-proses menata ulang kembali dari pelaku-pelaku kesenian (praktisi) juga masyarakat secara keseluruhan. Sebagai wujud resistensi terhadap budaya-budaya asing yang deras menggelontor mengisi sisi-sisi dan ruang-ruang kehidupan bangsa ini.
 
Memang tidak dapat dipungkiri perubahan harus terjadi. Secara nyata sekali dengan perubahan pola pikir masyarakat juga mempengaruhi kebiasaan-kecenderungan perilaku. Dalam hal ini kesenian juga tereduksi fungsinya hingga yang semula sebagai alat kontemplatif dan reflektif, sekarang hanya sebagai sekedar hobby dan klangenan sebagian kecil masyarakat serta hiburan untuk kebanyakan.
 
Kesenian secara keseluruhan menempati posisi alternatif untuk perubahan, kontemplatif, reflektif, rekreatif, informatif, edukatif, propagandis, klangenan dan unsur lainnya yang menjadi perilaku masyarakat dalam kehidupan. Di samping juga menjadi penanda budaya. Untuk lebih kreatif dan berwawasan lebih dengan apresiasi dan berkarya lewat kesenian. Di samping juga untuk ikut memberikan sumbangsih dalam membangun tatanan kehidupan. Gajah dipelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak.(Peribahasa)
 
Kesenian (teater, musik, tari, lukis, kerajinan, sastra, dll) selalu tidak terlepas dari apa yang didapatkan dalam keseharian pelakunya. Mulai dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan dari persoalan dan fenomena-fenomena sosial yang terjadi di masyarakat lingkungan sekitar. Untuk dapat membaca dan menginterpretasikan sebuah wacana yang berkembang (di lingkungan terdekat) dibutuhkan kemampuan intelektualitas, daya nalar, kepekaan sosial dalam kerangka empati. Seorang pelaku seni harus memiliki kemampuan interpretasi yang cukup untuk nantinya diimplementasikan dalam wujud karya seni. Karya seni tidak ada yang tidak menghasilkan apa-apa, kesenian memberi pengaruh eksplisit pada diri ataupun jiwa. Kesenian juga bukan sekadar media untuk menuangkan pemikiran, ide-ide kreatif, kegelisahan, dan ganjalan perasaan saja. Kesenian merupakan suatu karya refleksi dan kontemplatif sebagai alat pencurahan bagi manusia yang mau menorehkan sesuatu yang ada baik dalam rasa maupun pikirannya untuk menuju kesadaran.
 
Dan demikian karya adalah alat komunikasi antara pelaku kesenian dengan penikmat seni. Untuk bersama-sama memikirkan, menerjemahkan dan sedapat mungkin mencari solusi penyikapan terhadap fenomena-fenomena yang terjadi. Dengan pembongkaran orientasi sikap, pikiran, watak dan perilaku yang jelas membutuhkan keberanian dan kelegawaan mengakui kondisi kebudayaan bangsa saat ini sedang sekarat dan terjerat pada ruang-ruang yang linglung.
 
Menilik kehidupan dengan kompleksitasnya kesenian merupakan kebutuhan sebagai penyeimbang dan perimbangan hidup. Untuk memenuhi kebutuhan rekreatif dan membangun pola komunikasi antar individu dalam masyarakat.
 
Sering kali perubahan seiring perubahan jaman melupakan jati diri yang menjadi karakteristik bangsa. Terjadinya proses reduksi dari gencarnya seduksi tanpa disadari akan mempersempit ruang-ruang (kesenian). Akankah kita pasrah dan membiarkan itu terus terjadi?
 
Imajinasi dalam Berkarya Seni
 
Ada istilah kontemplasi atau kontemplatif dalam kesenian (proses berkesenian). Yaitu perenungan atau pengendapan dari telaah teori, fraksis/realita dan imajiner (imajinasi). Imajinasi dalam telaahnya dibutuhkan kepekaan pandangan dan pemikiran serta daya intuitif untuk mencari solusi/resolusi dari permasalahan. Imajinasi sendiri bukanlah sesuatu yang dibuat-buat atau direka-reka “ala kadarnya” tanpa alasan logis. Tetapi yang dimaksud imajinasi di sini adalah kembaraan pikiran yang mempunyai kemampuan menembus batas ruang, waktu dan dimensional pikiran. Dalam berimajinasi, intelektualitas, intuisi/kepekaan dan pengalaman adalah mutlak adanya. Untuk menghadirkan hasil imajinasi yang mempunyai nilai tawar dan mempunyai kegunaan baik untuk diri sendiri maupun orang lain (jelas dalam wujud karya).
 
Pelaku seni tidak hanya pandai meniru saja. Tetapi harus kreatif menciptakan hal-hal baru yang inovatif. Serta juga mengenal lingkungan, relevansi dan korelasi kekinian serta aspek-aspek moral yang ada di tempat ia berada. Dimaksudkan agar kesenian tidak semakin ekslusif dan terpisahkan dari masyarakatnya. Karena semua yang dilakukan oleh pelaku kesenian berdasar dan bertanggungjawab tidak ngawur dan tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara intuitif juga secara logis.
 
Di samping itu untuk mewujudkan pencitraan, karakteristik dari pelaku dan kesenian itu sendiri. Kepekaan (daya intuitif) terhadap fenomena sosial yang terjadi sangat penting untuk membawa kesenian jadi up to date (tidak ketinggalan jaman), wajar, estetik dan artistik tanpa meninggalkan semangat lokalitas yang menjadi nilai-nilai kearifan.
***
 
* Jurnal Sastra dan Budaya “Jombangana,” Edisi III 2011 [Dewan Kesenian Jombang].

** Agus R. Subagyo (A. Rego S. Ilalang), lahir 7 Oktober 1973, berlamat di Karangnongko, RT 03, RW 02, No. 03, Kelutan, Ngronggot, Nganjuk, Jawa Timur, 64395. HP: 081335583014, 085697541435. E-mail: rego_rumahilalang@yahoo.com Pendidikan: SDN Kelutan I, Kelas 1-5 (1980-1985), SDN Kelutan III, Kelas 6 (1985-1986), SMPN Prambon (1986-1989), SMAN 2 Nganjuk (1989-1992), Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang (1992-1996) DO. Semasa kuliah, nimbrung di Kavling 10 UAPKM, Fordimapelar, dan Teater Cowboy FPt-Unibraw. Penggagas berdirinya Teater Kaliptra FP, Teater Lempung FTP, dan Komunitas Teater Universitas Brawijaya (Kutub), Teater Gothick Alied, Laboratorium Pilar, Forum Penyair Muda Malang (FPMM). Sebagai Bintang Tamu Baca Puisi di Brawijaya Choir Festival di Samanta Krida Univ. Brawijaya (30 April 2011), dan Gitasurya Youth Concert HOPE AND FAITH UMM Kampus 2 Malang (26 April 2014). https://sastra-indonesia.com/2011/08/kepekaan-sosial-dengan-kreativitas-berkarya/

No comments:

Post a Comment

A Kholiq Arif A. Anzieb A. Muttaqin A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Kirno Tanda Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu Afri Meldam Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Hernawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi Ahid Hidayat Ahmad Baedowi Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Khadafi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Ali Audah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amir Hamzah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andi Achdian Andra Nur Oktaviani Anindita S Thayf Anton Kurnia Anton Kurniawan Apresiasi Sastra (APSAS) Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Aryadi Mellas AS Laksana Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Astree Hawa Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Ngashim Badaruddin Amir Balada Bambang Darto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Budi Darma Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Christine Hakim Cinta Laura Kiehl Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Dandy Bayu Bramasta Dani Sukma Agus Setiawan Daniel Dhakidae Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Rina Cahyani Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dick Hartoko Djajus Pete Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eduard Tambunan Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Faizin Eko Nuryono Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Endang Susanti Rustamadji Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evi Idawati Evi Sukaesih F. Rahardi Fadhila Ramadhona Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Faisal Fathur Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Farid Gaban Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Fina Sato Fitri Franz Kafka Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Hairus Salim Hamdy Salad Happy Salma Hardi Hamzah Hardjono WS Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasif Amini HB Jassin Hendy Pratama Henry Nurcahyo Herman Syahara Hernadi Tanzil Heru Nugroho Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Made Agung Iberamsyah Barbary Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idrus Ignas Kleden Ilham Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imelda Bachtiar Imron Rosyid Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indria Pamuhapsari Indrian Koto Inung AS Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS Iva Titin Shovia Iwan Nurdaya-Djafar Iwan Simatupang Jabbar Abdullah Jakob Oetama Jakob Sumardjo Jalaluddin Rakhmat Jaleswari Pramodhawardani James Joyce Jansen H. Sinamo Januardi Husin Jauhari Zailani JJ. Kusni John H. McGlynn Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joni Ariadinata Juan Kromen Junaidi Khab Kahfie Nazaruddin Kamajaya Al. Katuuk Khansa Arifah Adila Kho Ping Hoo Khoirul Abidin Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kitab Para Malaikat Knut Hamsun Koh Young Hun Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kurniawan Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leo Tolstoy Lesbumi Yogyakarta Levi Silalahi Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah M Shoim Anwar M. Aan Mansyur M. Abdullah Badri M. Adnan Amal M. Faizi M.D. Atmaja Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Marianne Katoppo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Mashuri Max Arifin MB. Wijaksana Melani Budianta Mohammad Yamin Muhammad Ainun Nadjib Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Mulyadi SA Munawir Aziz Mustamin Almandary Mustiar AR Musyafak Timur Banua Myra Sidharta Nara Ahirullah Naskah Teater Nawal el Saadawi Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurur Rokhmah Bintari Oka Rusmini Onghokham Otto Sukatno CR Pakcik Ahmad Pameran Parakitri T. Simbolon Pattimura Pentigraf Peter Handke Petrik Matanasi Pramoedya Ananta Toer Prima Sulistya Priyo Suwarno Prosa Puisi Purwanto Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Ng. Ronggowarsito R. Timur Budi Raja Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan KH Rambuana Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Raudal Tanjung Banua Raymond Samuel Reko Alum Remmy Novaris DM Remy Sylado Resensi Rey Baliate Ribut Wijoto Riduan Situmorang Rikard Diku Riki Dhamparan Putra Riri Satria Rizki Alfi Syahril Robert Adhi KS Roland Barthes Ronggowarsito Rony Agustinus Royyan Julian Rozi Kembara Rumah Kreatif Suku Seni Riau (RK – SSR) Rusdy Nurdiansyah Rusydi Zamzami S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Sajak Samsul Anam Santi T. Sapardi Djoko Damono Sari Novita Sarworo Sp Sasti Gotama Sastra Luar Pulau Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekar Sari Indah Cahyani Selendang Sulaiman Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Setiyardi Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sobih Adnan Soegiharto Sofyan RH. Zaid Sonia Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sri Wintala Achmad Stephen Barber Subagio Sastrowardoyo Sugito Ha Es Sukron Ma’mun Sumargono SN Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani T. Sandi Situmorang Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Toeti Heraty Tri Umi Sumartyarini Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy Wahyu Dhyatmika Wahyu Hidayat Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Adi Willem B Berybe WS. Rendra Y.B. Mangunwijaya Yohanes Sehandi Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusi A. Pareanom Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito Zeynita Gibbons Zulfikar Akbar