M. Faizi *
Sejak masa remaja dulu, saya punya keinginan bertemu dengan Umbu Landu
Paranggi. Dari kabar tersiar, saya tahu beliau tinggal di Bali. Semula, saya
mengenal namanya lewat sebutan demi sebutan orang-orang di dalam tulisan mereka
yang tersebar rubrik sastra mingguan, di koran-koran yang kala itu berjaya,
seperti di Jawa Pos, Suara Karya, Suara Pembaruan, Pelita, Kedaulatan Rakyat,
dll.
Waktu mendapatkan berita adanya lomba cipta puisi yang diselenggarakan oleh
Sanggar Minum Kopi, kisaran tahun 1994, saya langsung ikut serta. Pasalnya,
konon, Umbu adalah salah satu jurinya. Ketika dengar kalau beliau mengampu
rubrik sastra di Bali Post, saya kirim. Semua itu terjadi pada usia saya belum
20 tahun. Walhasil, untuk kedua hal itu, saya tidak berhasil.
Salah satu hal yang membuat saya ngotot ingin lebih dekat dengan Presiden
Penyair Malioboro tersebut adalah tangan dinginnya dalam membimbing. Ini
masyhur bagi banyak orang. Penyair-penyair yang ditemaninya belajar dipastikan
‘jadi’. Salah satu contoh yang saya tahu adalah Raudal Tanjung Banua. Saya
menguntit karya-karya Raudal di koran, tanpa sepengetahuannya dan tanpa merasa
perlu kenal langsung dengannya sebab hanya seusia dengan saya.
Sekurang-kurangnya, saya terpikat pada cara Raudal dalam mengungkapkan suasana
ke dalam puisi dan catatannya, ‘masuk’.
Lalu, saya mencari cara yang lain, yaitu mendekat kepada Umbu melalui orang
yang pernah dekat dan sezaman dengannya. Sebetulnya, ada nama lain yang saya
tahu, yaitu Ragil Suwarna Pragolapati. Akan tetapi, karena Ragil dikabarkan
menghilang secara moksa, kini yang tersisa tinggal satu nama: Iman Budi
Santosa. Menurut teman-teman, nama terakhir ini merupakan orang terdekat Umbu
semasa bergulat di Persada Studi Klub, di Malioboro, di kala itu, ketika
Malioboro masih menjadi pusat penyair dalam menggali jati dirinya.
Akhirnya, saya pun sering bertemu dengan Mas Iman di Sanggar Teater ESKA,
namun tidak sekali pun kami terlibat dalam bicara. Entah, saya merasa sungkan.
Kalaupun terjadi obrolan sepatah kata, pasti itu tentang hal lain, seperti
tentang kartu, tentang makanan, atau gosip para sastrawan, bukan tentang
sastra. Namun, itu sudah cukup, kata saya. 'Tidak kenal dengan Umbu tidak apa-apalah,
cukup kenal dengan orang terdekatnya.' Demikianlah saya menghibur diri.
Baru pada tahun 2016, saya bisa intens berkomunikasi dengan Mas Iman, di
saat saya justru tidak lagi tinggal di Jogja. Kami terlibat proyek penerbitan
buku “Ketam Ladam Ladang Ingatan” dan buku saya sendiri, “Nyalasar”, yang
secara kebetulan ditebitkan oleh penerbit yang sama, Lembaga Seni Reboeng. Melalui kesempatan
itulah saya sering bercakap-cakap dengan beliau, lebih serius tentang kekaryaan,
tentang sastra, tapi masih belum satu kunci pun tentang Umbu. Dan saya tetap
menunggu.
Hingga akhir 2017 atau setahun kemudian, lewat Raudal Tanjung Banua yang
sudah saya kenal, saya berhasil terhubung dengan Nuryana Asmaudi. Beliau
meminta saya menulis kata pengantar untuk bukunya, “Doa Bulan untuk Pungguk”.
Sejatinya, saya menolak karena banyak pertimbangan, salah satunya adalah—tentu
saja—faktor kelayakan. Akan tetapi, akhirnya saya tetap menulis karena beliau
menyangkutpautkan proyek buku puisi tersebut dengan nama Umbu Landu Paranggi,
tentu saja, berkat tulisan saya. Jadi, melalui perantara Mas Nur ini, akhirnya
pikiran dan tulisan saya bisa sampai juga akhirnya ke Umbu Landu Paranggi.
Mengapa saya begitu ngotot melakukan ini semua? Saya terpukau pada
kesunyiannya: suatu momentum puncak dalam kepenyairan. Begitu pula, selain
ketabahan, saya menemukan hal itu pada rekannya, Iman Budi Santosa. Dari
mereka, saya menemukan pelajaran, bahwa puisi merupakan salah satu tempat
bertafakur dengan cara yang paling sublim. Dan mencintai puisi tidak harus
menjadi penyair, lebih-lebih haus—eh, maaf—harus masyhur.
Kini, keduanya telah pergi dan kita nyaris tidak mungkin bertemu lagi. Saya
sepakat jika ada yang meringkuk dalam kesendirian lalu bergumam di dalam sepi:
“Bahwa tidak mungkin bertemu lagi adalah satuan waktu yang lama sekali.”
***
*) M. Faizi, dilahirkan tanggal 27 Juli 1975 di Guluk-Guluk, Sumenep,
Madura. Puisi-puisinya dimuat di koran dan majalah; Republika, Aula, Pikiran
Rakyat, Ulumul Qur’an, Basis, Surabaya Post, Serambi Indonesia, Suara
Muhammadiyah, MPA, Kedaulatan Rakyat, Koran Merapi, Memorandum, Jawa Pos,
Romansa, Riau Pos, Lampung Post, Banjarmasin Pos, Fajar, Horison, Tashwirul
Afkar, Pedoman Rakyat, Bahana (Brunei Darussalam), Orientierungen (Jerman),
dll. Buku-buku antologi puisi tunggalnya; “18+” (Diva Press, 2003), “Sareyang”
(Pustaka Jaya, 2005), “Rumah Bersama” (Diva Press, 2007), “Permaisuri Malamku
(Diva Press, 2011). Ia kerap menghadiri beberapa kegiatan nasional dan
internasional, seperti Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2008 di Bali,
Jakarta Berlin Arts Festival di Berlin 2011, Temu Sastrawan Indonesia ke-IV di
Ternate 2011, Pertemuan Penyair Nusantara di Jambi 2012, dll. Buku catatan
perjalanannya diterbitkan Komodo Books berjudul “Merentang Sajak Madura-Jerman”
(Juni, 2012), dll.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Sunday, April 11, 2021
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
A Kholiq Arif
A. Anzieb
A. Muttaqin
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
A.P. Edi Atmaja
A'yat Khalili
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Kirno Tanda
Abdullah Harahap
Acep Zamzam Noor
Adi Toha
Adrian Balu
Afri Meldam
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agus B. Harianto
Agus Dermawan T.
Agus Hernawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agusri Junaidi
Ahid Hidayat
Ahmad Baedowi
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Khadafi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Ali Audah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amir Hamzah
Ana Mustamin
Anam Rahus
Andari Karina Anom
Andi Achdian
Andra Nur Oktaviani
Anindita S Thayf
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Apresiasi Sastra (APSAS)
Aprinus Salam
Arafat Nur
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Aryadi Mellas
AS Laksana
Asarpin
Asep Sambodja
Asrul Sani
Astree Hawa
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Ngashim
Badaruddin Amir
Balada
Bambang Darto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Budi Darma
Bustan Basir Maras
Cak Sariban
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Christine Hakim
Cinta Laura Kiehl
Daisy Priyanti
Damhuri Muhammad
Dandy Bayu Bramasta
Dani Sukma Agus Setiawan
Daniel Dhakidae
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Dewi Rina Cahyani
Dharmadi
Dhenok Kristianti
Dian Wahyu Kusuma
Dick Hartoko
Djajus Pete
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Donny Anggoro
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Eduard Tambunan
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Faizin
Eko Nuryono
Emha Ainun Nadjib
Enda Menzies
Endang Susanti Rustamadji
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evi Idawati
Evi Sukaesih
F. Rahardi
Fadhila Ramadhona
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Fairuzul Mumtaz
Faisal Fathur
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Farid Gaban
Fariz al-Nizar
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrozak
Faza Bina Al-Alim
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Fian Firatmaja
Fina Sato
Fitri
Franz Kafka
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Hairus Salim
Hamdy Salad
Happy Salma
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasif Amini
HB Jassin
Hendy Pratama
Henry Nurcahyo
Herman Syahara
Hernadi Tanzil
Heru Nugroho
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Gusti Ngurah Made Agung
Iberamsyah Barbary
Ida Fitri
IDG Windhu Sancaya
Idrus
Ignas Kleden
Ilham
Imam Muhayat
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imelda Bachtiar
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indonesia O’Galelano
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indria Pamuhapsari
Indrian Koto
Inung AS
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan ZS
Iva Titin Shovia
Iwan Nurdaya-Djafar
Iwan Simatupang
Jabbar Abdullah
Jakob Oetama
Jakob Sumardjo
Jalaluddin Rakhmat
Jaleswari Pramodhawardani
James Joyce
Jansen H. Sinamo
Januardi Husin
Jauhari Zailani
JJ. Kusni
John H. McGlynn
Joko Budhiarto
Joko Pinurbo
Joni Ariadinata
Juan Kromen
Junaidi Khab
Kahfie Nazaruddin
Kamajaya Al. Katuuk
Khansa Arifah Adila
Kho Ping Hoo
Khoirul Abidin
Ki Supriyoko
Kiagus Wahyudi
Kitab Para Malaikat
Knut Hamsun
Koh Young Hun
Kritik Sastra
Kucing Oren
Kunni Masrohanti
Kurniawan
Kuswinarto
L.K. Ara
Laksmi Shitaresmi
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leo Tolstoy
Lesbumi Yogyakarta
Levi Silalahi
Linda Sarmili
Lukisan
Lutfi Mardiansyah
M Shoim Anwar
M. Aan Mansyur
M. Abdullah Badri
M. Adnan Amal
M. Faizi
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Marianne Katoppo
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon
Mashuri
Max Arifin
MB. Wijaksana
Melani Budianta
Mohammad Yamin
Muhammad Ainun Nadjib
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Mustamin Almandary
Mustiar AR
Musyafak Timur Banua
Myra Sidharta
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nawal el Saadawi
Niduparas Erlang
Nikita Mirzani
Nirwan Ahmad Arsuka
Nizar Qabbani
Nurel Javissyarqi
Nurul Anam
Nurur Rokhmah Bintari
Oka Rusmini
Onghokham
Otto Sukatno CR
Pakcik Ahmad
Pameran
Parakitri T. Simbolon
Pattimura
Pentigraf
Peter Handke
Petrik Matanasi
Pramoedya Ananta Toer
Prima Sulistya
Priyo Suwarno
Prosa
Puisi
Purwanto
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
R Sutandya Yudha Khaidar
R. Ng. Ronggowarsito
R. Timur Budi Raja
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sutandya Yudhanto
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Prabu
Rama Prambudhi Dikimara
Ramadhan KH
Rambuana
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Raudal Tanjung Banua
Raymond Samuel
Reko Alum
Remmy Novaris DM
Remy Sylado
Resensi
Rey Baliate
Ribut Wijoto
Riduan Situmorang
Rikard Diku
Riki Dhamparan Putra
Riri Satria
Rizki Alfi Syahril
Robert Adhi KS
Roland Barthes
Ronggowarsito
Rony Agustinus
Royyan Julian
Rozi Kembara
Rumah Kreatif Suku Seni Riau (RK – SSR)
Rusdy Nurdiansyah
Rusydi Zamzami
S. Arimba
S. Jai
Sabrank Suparno
Safar Nurhan
Sajak
Samsul Anam
Santi T.
Sapardi Djoko Damono
Sari Novita
Sarworo Sp
Sasti Gotama
Sastra Luar Pulau
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekar Sari Indah Cahyani
Selendang Sulaiman
Seni Rupa
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Setiyardi
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sobih Adnan
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Sonia
Sosiawan Leak
Sovian Lawendatu
Sri Wintala Achmad
Stephen Barber
Subagio Sastrowardoyo
Sugito Ha Es
Sukron Ma’mun
Sumargono SN
Sunaryono Basuki Ks
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syaifuddin Gani
T. Sandi Situmorang
Tatan Daniel
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Eska
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Toeti Heraty
Tri Umi Sumartyarini
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Usman Arrumy
Wahyu Dhyatmika
Wahyu Hidayat
Wawancara
Wayan Jengki Sunarta
Welly Kuswanto
Wicaksono Adi
Willem B Berybe
WS. Rendra
Y.B. Mangunwijaya
Yohanes Sehandi
Yudhistira ANM Massardi
Yukio Mishima
Yusi A. Pareanom
Zainal Arifin Thoha
Zehan Zareez
Zen Rachmat Sugito
Zeynita Gibbons
Zulfikar Akbar
No comments:
Post a Comment