Saturday, August 1, 2020

SEKADAR PENGALAMAN KECIL MEMBACA USAHA EKA BERBAGI PENGALAMAN MEMBACA

Sunlie Thomas Alexander *

AKU bukanlah orang yang suka membaca resensi buku yang bertebaran di koran-koran Minggu, juga bukan orang yang suka menuliskan hasil pembacaanku atas sebuah buku dalam bentuk resensi model koran-koran itu. Hanya sesekali saja aku menulis resensi dan mengirimkannya ke media. Ya itu pun kebanyakan karena diminta oleh seorang kawan penulis atau penerbit, yang mana tidak semuanya mau dan bisa aku sanggupi. Termasuk saat masih mahasiswa dulu ketika kawan-kawan kuliahku justru berlomba-lomba menulis resensi dengan alasan beragam: dari kepingin nampak banyak membaca sampai alasan (demi) honorarium.

Aku tidak mengatakan bahwa semua resensi ala koran Indonesia itu buruk. Terkadang--ketika sesekali aku merasa tertarik untuk membaca (semata-mata) lantaran buku yang diresensi itu kebetulan sedang aku baca atau masuk ke dalam daftar yang ingin kubaca--aku masih bisa menemukan resensi-resensi yang cukup bernas, dengan sudut pandang yang lumayan menggugah.

Resensi buku (sastra) tentu saja jauh dari "kritik sastra", tetapi toh ia juga membutuhkan kejernihan dan kesegaran perspektif sebagai sebuah upaya pembacaan kritis yang jujur dan kreatif. Bukan sikap kritis yang dicari-cari dan dibuat "seolah-olah". Sehingga di sini kemampuan mencerna sembari menjaga jarak dari bacaan pun sama pentingnya dengan penguasaan atas teori (yang tak over) dan materi teks. Hanya dengan demikianlah kita sebagai peresensi dapat melakukan semacam kajian-analisa yang pada giliran berikutnya sanggup mengungkapkan kelebihan dan kekurangan sebuah buku kepada khalayak pembaca buku, di luar kemampuan menulis yang enak dibaca dan kemampuan menyiasati keterbatasan halaman media.

***

BUKU terbaru Eka Kurniawan, "Usaha Menulis Silsilah Bacaan" ini aku kira memang sama sekali bukanlah resensi (apalagi model resensi di koran-koran itu) tetapi justru karena itulah ia nampak sanggup menghadirkan kepada kita semacam perjumpaan yang lain, yang lebih khas dengan buku-buku, dengan teks sastra.

Karena itu pikirku pula, judul buku yang dipilihnya tersebut, dengan penekanan pada kata "usaha" seyogianya memang merupakan sewujud kesadaran dari seorang yang memahami betul apa itu proses pembacaan.

Sehingga alhasil, tulisan-tulisan pendek dalam buku ini pun dalam pertemuannya dengan para pembaca (tentunya terutama diriku) bisa menjelma jadi sejenis jembatan.

Ia, buku ini, hanyalah sebentuk pengalaman membaca dan upaya membagikan pengalaman itu--meskipun nampaknya tidak pula senantiasa dengan cukup rendah hati. Eka sendiri lebih suka menyebut himpunan tulisannya ini "sejarah bacaan personal" atau lebih lanjut menjadi "sejarah kesusastraan personal" yang katanya "dibentuk oleh pilihan bacaan secara sadar dan tak sadar" dan juga "secara langsung menggambarkan cara pandang saya terhadap sejarah kesusastraan (dan pada akhirnya terhadap Sejarah dengan "S" besar, sejarah yang lebih luas)". Dan aku sepakat dengan ini.

Tanpa keinginan sama sekali untuk memuji Eka, kurasa perjumpaanku dengan "Usaha Menulis Silsilah Bacaan" ini memang sebuah perjumpaan cukup mengasyikkan, yang tak cuma menyajikan kepada kita sekadar kenikmatan membaca yang lain, namun juga semacam pengalaman berbeda dalam hal menjengguk pengalaman membaca orang lain.

Karenanya pula--tidak seperti lazimnya resensi-resensi buku di koran yang kerap sok tahu atau malah cenderung gagap--usaha berbagi pengalaman membaca personal yang dilakukan Eka ini dengan demikian justru mampu menyingkap teks secara lebih luas dan kompleks ketimbang apa yang bisa kita dapatkan dari resensi-resensi di koran Indonesia yang kadang-kadang nampak cukup berhasrat menguliti sebuah bacaan tanpa adanya kesadaran akan kekayaan perspektif sekaligus menyadari keterbatasan "upaya pembacaan sebagai usaha melakukan penulisan ulang".

"Usaha Menulis Silsilah Bacaan" adalah buku kumpulan tulisan Eka yang kedua mengenai pengalamannya dalam membaca buku-buku sastra setelah "Senyap yang Lebih Nyaring" (2019). Apakah akan ada buku ketiga? Mungkin saja. Dan kuharap akan ada, mengingat usaha untuk membukukan pengalaman seperti ini adalah hal yang masih langka dalam jagat perbukuan di Indonesia. Setidaknya selain kedua buku Eka ini, aku hanya sanggup mengingat buku kumpulan resensi karya Bandung Mawardi alias Kabut, "Macaisme!" yang diterbitkan oleh Jagat Abjad, Solo (2011) dan buku kumpulan resensi Anton Kurnia, "Menulis Jejak Ingatan" (Circa, 2019).

Aku belum sempat membaca "Menulis Jejak Ingatan" yang sudah berada dalam daftar belanjaan bukuku, namun "Macaisme!" yang disebut-sebut penulisnya sebagai "penghiburan atas kegenitan diri dalam sapaan, sentuhan, sengketa bersama buku" dan sejenis pendokumentasian "nostalgia kerja membaca dan menulis, jejak mengurusi buku dalam gelimang nafsu dan cemburu, [serta] ingatan atas sengatan malas dan putus asa" itu kupikir memang sebuah kumpulan resensi buku ala koran yang lumayan bagus. Hanya saja toh (tersebab itu juga) ia belumlah mampu mengantar kita (terutama diriku) memasuki pengalaman berbagi pembacaan yang cukup mencemaskan lagi menyejukkan (baca: mencerahkan).

"Begitu" deh.

Yogya, akhir Juli 2020

: buat Kak Ida.

____________________

*) Sunlie Thomas Alexander memiliki nama lahir Tang Shunli, (lahir di Bangka, Kepulauan Bangka-Belitung, 7 Juni 1977), sastrawan berkebangsaan Indonesia keturunan Tionghoa. Ia dikenal melalui karya-karyanya berupa cerpen, puisi, esai, kritik sastra, catatan sepak bola, dan ulasan seni yang dipublikasikan di berbagai surat kabar serta jurnal yang terbit di Indonesia dan di luar negeri: Kompas, Jawa Pos, Koran Tempo, Media Indonesia, Horison, Suara Merdeka, Jurnal Cerpen Indonesia, Jurnal Poetika, Kedaulatan Rakyat, DetikSport, Jurnal Ruang, Gong, Lampung Post, Bangka Pos, Hai, Nova, Hakka Monthly, dll. Tahun 2016, menerima beasiswa residensi penulis di Taiwan dari Menteri Kebudayaan Republik China Taiwan, dan tahun 2018 menerima beasiswa residensi ke Belanda dari Komite Buku Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

https://sastra-indonesia.com/2020/08/sekadar-pengalaman-kecil-membaca-usaha-eka-berbagi-pengalaman-membaca/

No comments:

Post a Comment

A Kholiq Arif A. Anzieb A. Muttaqin A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Kirno Tanda Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu Afri Meldam Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Hernawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi Ahid Hidayat Ahmad Baedowi Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Khadafi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Ali Audah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amir Hamzah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andi Achdian Andra Nur Oktaviani Anindita S Thayf Anton Kurnia Anton Kurniawan Apresiasi Sastra (APSAS) Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Aryadi Mellas AS Laksana Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Astree Hawa Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Ngashim Badaruddin Amir Balada Bambang Darto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Budi Darma Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Christine Hakim Cinta Laura Kiehl Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Dandy Bayu Bramasta Dani Sukma Agus Setiawan Daniel Dhakidae Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Rina Cahyani Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dick Hartoko Djajus Pete Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eduard Tambunan Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Faizin Eko Nuryono Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Endang Susanti Rustamadji Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evi Idawati Evi Sukaesih F. Rahardi Fadhila Ramadhona Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Faisal Fathur Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Farid Gaban Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Fina Sato Fitri Franz Kafka Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Hairus Salim Hamdy Salad Happy Salma Hardi Hamzah Hardjono WS Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasif Amini HB Jassin Hendy Pratama Henry Nurcahyo Herman Syahara Hernadi Tanzil Heru Nugroho Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Made Agung Iberamsyah Barbary Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idrus Ignas Kleden Ilham Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imelda Bachtiar Imron Rosyid Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indria Pamuhapsari Indrian Koto Inung AS Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS Iva Titin Shovia Iwan Nurdaya-Djafar Iwan Simatupang Jabbar Abdullah Jakob Oetama Jakob Sumardjo Jalaluddin Rakhmat Jaleswari Pramodhawardani James Joyce Jansen H. Sinamo Januardi Husin Jauhari Zailani JJ. Kusni John H. McGlynn Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joni Ariadinata Juan Kromen Junaidi Khab Kahfie Nazaruddin Kamajaya Al. Katuuk Khansa Arifah Adila Kho Ping Hoo Khoirul Abidin Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kitab Para Malaikat Knut Hamsun Koh Young Hun Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kurniawan Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leo Tolstoy Lesbumi Yogyakarta Levi Silalahi Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah M Shoim Anwar M. Aan Mansyur M. Abdullah Badri M. Adnan Amal M. Faizi M.D. Atmaja Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Marianne Katoppo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Mashuri Max Arifin MB. Wijaksana Melani Budianta Mohammad Yamin Muhammad Ainun Nadjib Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Mulyadi SA Munawir Aziz Mustamin Almandary Mustiar AR Musyafak Timur Banua Myra Sidharta Nara Ahirullah Naskah Teater Nawal el Saadawi Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurur Rokhmah Bintari Oka Rusmini Onghokham Otto Sukatno CR Pakcik Ahmad Pameran Parakitri T. Simbolon Pattimura Pentigraf Peter Handke Petrik Matanasi Pramoedya Ananta Toer Prima Sulistya Priyo Suwarno Prosa Puisi Purwanto Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Ng. Ronggowarsito R. Timur Budi Raja Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan KH Rambuana Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Raudal Tanjung Banua Raymond Samuel Reko Alum Remmy Novaris DM Remy Sylado Resensi Rey Baliate Ribut Wijoto Riduan Situmorang Rikard Diku Riki Dhamparan Putra Riri Satria Rizki Alfi Syahril Robert Adhi KS Roland Barthes Ronggowarsito Rony Agustinus Royyan Julian Rozi Kembara Rumah Kreatif Suku Seni Riau (RK – SSR) Rusdy Nurdiansyah Rusydi Zamzami S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Sajak Samsul Anam Santi T. Sapardi Djoko Damono Sari Novita Sarworo Sp Sasti Gotama Sastra Luar Pulau Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekar Sari Indah Cahyani Selendang Sulaiman Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Setiyardi Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sobih Adnan Soegiharto Sofyan RH. Zaid Sonia Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sri Wintala Achmad Stephen Barber Subagio Sastrowardoyo Sugito Ha Es Sukron Ma’mun Sumargono SN Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani T. Sandi Situmorang Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Toeti Heraty Tri Umi Sumartyarini Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy Wahyu Dhyatmika Wahyu Hidayat Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Adi Willem B Berybe WS. Rendra Y.B. Mangunwijaya Yohanes Sehandi Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusi A. Pareanom Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito Zeynita Gibbons Zulfikar Akbar