Saturday, August 1, 2020

Dari Penulis Kamar Menuju Penulis Panggung

Kompas 28/03/2009

Para penulis cerita pendek di majalah Anita (kemudian menjadi Anita Cemerlang), yang popular tahun 1980-an bisa dibilang merupakan “penulis kamar” yang dikenal orang ketika karyanya dimuat di media. Begitu tahu dimuat, mereka membeli dan membicarakan dengan teman-temannya di sekolah atau kampus. 

“Sudah saatnya kesan itu diubah. Para penulis Anita masih eksis dan banyak yang terus berkarya, dengan kualitas yang tak berubah bahkan bertambah. Tiba saatnya “penulis kamar” itu tampil kembali dan menjadi “penulis panggung” atau komunitas”, ujar cerpenis Kurnia Effendi di sela acara Sastra Reboan #12 di Warung Apresiasi (Wapres), Bulungan, Jakarta Selatan, Rabu (25/03) kemarin. 

Malam itu, di acara yang digelar secara rutin oleh Paguyuban Sastra Rabu Malam (PaSar MaLam) pada hari Rabu di akhir bulan, sebanyak 25 penulis cerpen Anita datang dan mengisi acara. Aroma nostalgia begitu kental dari para penulis ini, dengan jabat tangan, pelukan dan foto bersama. 

Namun mereka tak sekedar bernostalgia, karena selain ikatan emosinal yang begitu kuat juga keinginan untuk terus berkarya bersama, hingga akhirnya membentuk Asosiasi Penulis Cerita (Anita) yang dipimpin oleh Kef, panggilan akrab Kurnia Effendi. “Saat ini sudah 140 orang yang terjerat datanya dari seluruh Indonesia,” ujar Kef yang sudah menyiapkan serangkaian program bagi asosiasi ini. Salah satunya dengan penerbitan buku antologi cerpen edisi koleksi Anita Cemerlang, yang memuat karya 55 cerpenis seperti pertama kali dimuat. Sedangkan menyambut Hari Kartini, 21 April karya 10 cerpenis akan ditampilkan di salah satu majalah wanita. 

Rendezvous 

Tema “Rendezvous” yang diusung Sastra Reboan #12 rupanya mengena juga dalam kenyataan. Rendezvous dengan sesama penulis tak hanya dinikmati para cerpenis Anita saja. Mereka yang hampir setiap hari berbincang di dunia maya lewat Face Book juga mewarnai malam itu, selain dari berbagai komunitas seperti kemudian.com, apresiasi sastra dan Bunga Matahari. Seperti Andreas F.Wong yang baru saja datang dari Palembang atau Rory Suryo yang keduanya tampil membaca puisi. 

Maka begitu acara mulai bergulir, yang dibuka dengan senandung lagu lama “Juwita Malam” oleh Budhi Setyawan dan Nina Yuliana sebagai MC, lebih dari 100 pengunjung segera bertepuk tangan. Pembukaan yang menyegarkan para pengunjung yang telah bersusah payah menembus macetnya jalan di tengah guyuran hujan. Penampil pertama adalah penyair Gemi Mohawk yang membaca salah satu puisinya dari buku “Sirami Jakarta Dengan Cinta”. 

Puisi terus mengalir. Mulai dari Khrisnapabicara, MC, Budhi Setyawan yang memang penyair dengan karyanya “Pengasihan” dan “Malam Pertama”, Setyo Bardono yang membawakan “Serangkaian Puisi Kereta” (gabungan 5 puisi digandeng kayak gerbong, ujarnya) serta Andreas T.Wong yang baru saja datang dari Palembang dengan puisi “Malin Kundang”, “Membela Diri”, “Pemilik Bumi” dan “Sebait Waktu”. 

Di tengah bergulirnya acara dan terus mengalirnya pengunjung, diberikan door prize berupa buku karya Budhi Setyawan dan Kirana Kejora. Penyair Slamet Widodo tampak datang bersama cerpenis Eka Kurniawan dan Triyono Tiwikromo. “Baru rapat nih, mas”, ujar Triyono yang baru pertama kali menyaksikan Sastra Reboan. Sastrawan lainnya yang tampak hadir adalah Yonathan Raharjo, Pakcik Ahmad, Imam Maarif dan Nuruddin Asyhadie. 

Bengkel Sastra Universitas Negeri Jakarta (UNJ) kemudian tampil membawakan musikalisasi puisi, salah satunya dari karya Radhar Panca Dahana. Mereka tampil pertama kali di Sastra Reboan, seperti halnya Kartika Kusworatri yang membawakan dua puisinya dan Tory Suryo dengan 3 puisinya. 

Cerpenis, Ana Mustamin yang nama penanya Ryana Mustamin kemudian tampil di panggung, tapi bukan membaca cerpen. Kali ini sebagai Kepala Departemen Komunikasi AJB Bumiputera 1912 yang menjelaskan tentang Lomba Penulisan Cerpen dan Lomba Penulisan Esai sebagai bagian dari ulangtahun ke-97 perusahaan asuransi tertua di Indonesia ini. Kedua jenis lomba itu diadakan bekerjasama dengan PaSar MaLam. 

“Kami selalu peduli pada dunia kreativitas, termasuk tulis menulis, seperti pada penyelengaraan Lomba Kreativitas Ilmiah Guru dan Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia. Kali ini Bumiputera mengajak para pecinta sastra untuk turut dalam penulisan cerpen, dan para blogger untuk esai”, ujarnya ketika ditanya Ketua PaSar MaLam, Johannes Sugianto dalam dialog singkat di panggung. 

Usai dialog itu, Kurnia Effendi langsung didaulat oleh MC untuk memulai penampilan para penulis Anita. Dalam pengantarnya, Kef mencatat tiga hal istimewa untuk Sastra Reboan kali ini. 

“Pertama, ini acara keduabelas, artinya April mendatang genap sudah setahun usia Sastra Reboan. Kedua, dengan peluncuran Lomba Cerpen dan Esai di sini, PaSar MaLam sebagai komunitas yang baru lahir setahun lalu bergandeng tangan dengan Bumiputera yang lahir 1912. Seperti kakek dengan cucunya. Ketiga, para penulis Anita berkumpul malam ini setelah Februari lalu sepakat membentuk asosiasi”, kata Kef. 

Maka sang komandan ini lalu memanggil para penulis itu, yang dimulai oleh Putra Gara dengan membacakan petikan novelnya, disusul pembacaan puisi oleh Susy Ayu dengan “Isi Hati Laki-laki yang Mencintaiku”, Reni Erina (Pada Suatu Ketika), Dony Indra (Ritus Larut Malam) dan Sutan Iwan Soekri Munaf (Sayap Retak). “Grogi juga, mas. Makanya tidak jadi baca cerpen tapi puisi saja,” kata Susy Ayu. Hal serupa juga dikatakan oleh Reni Erina yang sudah 15 tahun tak pernah naik panggung. 

Kemudian pentolan Komunitas Planet Senin, Irmansyah membacakan salah satu karya Sutan Iwan yang berjudul “Surat Pendek”. Pengarang novel “Ali Topan Anak Jalanan”, Teguh Esha juga membawakan puisi Sutan Iwan yang berjudul Mata Sepi dan puisinya sendiri Tembang Untuk Slamet Widodo.

Penampilan terakhir dari para penulis ini oleh Ana Mustamin dengan cerpennya,”Dahaga” seperti mewakili kualitas karya para penulis Anita. Pengunjung terdiam mendengar kata demi kata dari cerita yang dialunkan dengan lembut tapi jelas oleh ibu satu anak ini. 

Malam makin larut, dan MC mengakhiri Sastra Reboan #12 sambil mengingatkan akan acara berikutnya pada 29 April 2009, yang akan menampilkan antara lain 18 sastrawan Malaysia yang khusus datang dan ingin tampil di acara ini. (kir/gie)

No comments:

Post a Comment

A Kholiq Arif A. Anzieb A. Muttaqin A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Kirno Tanda Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu Afri Meldam Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Hernawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi Ahid Hidayat Ahmad Baedowi Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Khadafi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Ali Audah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amir Hamzah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andi Achdian Andra Nur Oktaviani Anindita S Thayf Anton Kurnia Anton Kurniawan Apresiasi Sastra (APSAS) Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Aryadi Mellas AS Laksana Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Astree Hawa Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Ngashim Badaruddin Amir Balada Bambang Darto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Budi Darma Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Christine Hakim Cinta Laura Kiehl Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Dandy Bayu Bramasta Dani Sukma Agus Setiawan Daniel Dhakidae Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Rina Cahyani Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dick Hartoko Djajus Pete Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eduard Tambunan Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Faizin Eko Nuryono Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Endang Susanti Rustamadji Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evi Idawati Evi Sukaesih F. Rahardi Fadhila Ramadhona Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Faisal Fathur Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Farid Gaban Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Fina Sato Fitri Franz Kafka Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Hairus Salim Hamdy Salad Happy Salma Hardi Hamzah Hardjono WS Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasif Amini HB Jassin Hendy Pratama Henry Nurcahyo Herman Syahara Hernadi Tanzil Heru Nugroho Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Made Agung Iberamsyah Barbary Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idrus Ignas Kleden Ilham Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imelda Bachtiar Imron Rosyid Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indria Pamuhapsari Indrian Koto Inung AS Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS Iva Titin Shovia Iwan Nurdaya-Djafar Iwan Simatupang Jabbar Abdullah Jakob Oetama Jakob Sumardjo Jalaluddin Rakhmat Jaleswari Pramodhawardani James Joyce Jansen H. Sinamo Januardi Husin Jauhari Zailani JJ. Kusni John H. McGlynn Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joni Ariadinata Juan Kromen Junaidi Khab Kahfie Nazaruddin Kamajaya Al. Katuuk Khansa Arifah Adila Kho Ping Hoo Khoirul Abidin Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kitab Para Malaikat Knut Hamsun Koh Young Hun Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kurniawan Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leo Tolstoy Lesbumi Yogyakarta Levi Silalahi Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah M Shoim Anwar M. Aan Mansyur M. Abdullah Badri M. Adnan Amal M. Faizi M.D. Atmaja Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Marianne Katoppo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Mashuri Max Arifin MB. Wijaksana Melani Budianta Mohammad Yamin Muhammad Ainun Nadjib Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Mulyadi SA Munawir Aziz Mustamin Almandary Mustiar AR Musyafak Timur Banua Myra Sidharta Nara Ahirullah Naskah Teater Nawal el Saadawi Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurur Rokhmah Bintari Oka Rusmini Onghokham Otto Sukatno CR Pakcik Ahmad Pameran Parakitri T. Simbolon Pattimura Pentigraf Peter Handke Petrik Matanasi Pramoedya Ananta Toer Prima Sulistya Priyo Suwarno Prosa Puisi Purwanto Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Ng. Ronggowarsito R. Timur Budi Raja Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan KH Rambuana Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Raudal Tanjung Banua Raymond Samuel Reko Alum Remmy Novaris DM Remy Sylado Resensi Rey Baliate Ribut Wijoto Riduan Situmorang Rikard Diku Riki Dhamparan Putra Riri Satria Rizki Alfi Syahril Robert Adhi KS Roland Barthes Ronggowarsito Rony Agustinus Royyan Julian Rozi Kembara Rumah Kreatif Suku Seni Riau (RK – SSR) Rusdy Nurdiansyah Rusydi Zamzami S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Sajak Samsul Anam Santi T. Sapardi Djoko Damono Sari Novita Sarworo Sp Sasti Gotama Sastra Luar Pulau Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekar Sari Indah Cahyani Selendang Sulaiman Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Setiyardi Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sobih Adnan Soegiharto Sofyan RH. Zaid Sonia Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sri Wintala Achmad Stephen Barber Subagio Sastrowardoyo Sugito Ha Es Sukron Ma’mun Sumargono SN Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani T. Sandi Situmorang Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Toeti Heraty Tri Umi Sumartyarini Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy Wahyu Dhyatmika Wahyu Hidayat Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Adi Willem B Berybe WS. Rendra Y.B. Mangunwijaya Yohanes Sehandi Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusi A. Pareanom Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito Zeynita Gibbons Zulfikar Akbar