Siapakah Aku
di antara bunyi yang sepi
kulewati jalan setapak ini
tak kan jejakku berpaling pada kasih pengembara
disini ada setumpuk lengking yang bisik
seperti wajah orang dengan kerut-kerut tuanya
memandang bulan mengaca di telaga
Yogya, Awal April 1969
Jalan yang Putus
katakan bahwa kereta tak akan berhenti lagi
di rel ini yang tua
sinya-sinyal mengangguk tunduk berkarat
dulu kereta selalu lewat
dengan bunyi desah yang mengisi senja hari
termakan muatan, manusia penuh tanda tanya
mana kepala setasiun ?
disini kereta tak mau lagi berhenti
rel kembali membujur, dan setasiun
dimakan beribu-ribu kesepian
Yogya, 1969
Sebuah Ruangan Tua
sudahkan tirai ini kau buka kembali
bau busuk, dan debu menambah
ruangan makin hitam
ramat-ramat adalah lukisan dinding tanpa pigura
semua serba mendekap
mentari pertama yang menyentuh dinding
jamur pada melekat
untuk inikah kau akan memulai
langkah yang baru, jalan lenggang
bukalah tirai lebar-lebar
kalau tak ingin mati dibius kepadatan mimpi
Yogya, 1970
K a l i K u n i n g
masih seperti dulu
bening dan sejuk dari lereng merapi
ketika hasrat dibangkitkan lewat cinta
segalanya mencair, batu jadi api
tinggal abu yang memutihkan cemara
seperti rambutmu terbasuh di kali kuning
di kaki bukit
tertinggal luka dan darah membekukan langkah
yang tak pernah sampai
dan jika angin september tiba
mengantar doa-doa
untuk ditaburkan pada hati
menyimpan sepi, penuh misteri
Yogya, 1981
Masih Tersisa
kueja namamu di balik kalender tua
ada yang masih tersisa
lagu dan jarimu menyentuh
rinduku dan musim kemarau meninggalkan
ranting-ranting patah, disini tak ada lagi
ringkik kuda sumbawa dalam padang tandus
mari jendela purba dibuka, menerbarkan wangi
di halaman rumah kita
Yogya, 1982
http://sastra-indonesia.com/2010/04/puisi-puisi-teguh-ranusastra-asmara/
di antara bunyi yang sepi
kulewati jalan setapak ini
tak kan jejakku berpaling pada kasih pengembara
disini ada setumpuk lengking yang bisik
seperti wajah orang dengan kerut-kerut tuanya
memandang bulan mengaca di telaga
Yogya, Awal April 1969
Jalan yang Putus
katakan bahwa kereta tak akan berhenti lagi
di rel ini yang tua
sinya-sinyal mengangguk tunduk berkarat
dulu kereta selalu lewat
dengan bunyi desah yang mengisi senja hari
termakan muatan, manusia penuh tanda tanya
mana kepala setasiun ?
disini kereta tak mau lagi berhenti
rel kembali membujur, dan setasiun
dimakan beribu-ribu kesepian
Yogya, 1969
Sebuah Ruangan Tua
sudahkan tirai ini kau buka kembali
bau busuk, dan debu menambah
ruangan makin hitam
ramat-ramat adalah lukisan dinding tanpa pigura
semua serba mendekap
mentari pertama yang menyentuh dinding
jamur pada melekat
untuk inikah kau akan memulai
langkah yang baru, jalan lenggang
bukalah tirai lebar-lebar
kalau tak ingin mati dibius kepadatan mimpi
Yogya, 1970
K a l i K u n i n g
masih seperti dulu
bening dan sejuk dari lereng merapi
ketika hasrat dibangkitkan lewat cinta
segalanya mencair, batu jadi api
tinggal abu yang memutihkan cemara
seperti rambutmu terbasuh di kali kuning
di kaki bukit
tertinggal luka dan darah membekukan langkah
yang tak pernah sampai
dan jika angin september tiba
mengantar doa-doa
untuk ditaburkan pada hati
menyimpan sepi, penuh misteri
Yogya, 1981
Masih Tersisa
kueja namamu di balik kalender tua
ada yang masih tersisa
lagu dan jarimu menyentuh
rinduku dan musim kemarau meninggalkan
ranting-ranting patah, disini tak ada lagi
ringkik kuda sumbawa dalam padang tandus
mari jendela purba dibuka, menerbarkan wangi
di halaman rumah kita
Yogya, 1982
http://sastra-indonesia.com/2010/04/puisi-puisi-teguh-ranusastra-asmara/
No comments:
Post a Comment