Saturday, August 28, 2021

Melindungi Nurani dari Tindakan Koruptif

Judul Buku: Bunga Rampai PMK: Bergerak dengan Nurani
Penulis: Laskar PMK 1-3
Penerbit: Forum Sastra Surakarta
Cetakan: I, 2017
Peresensi: Ahmad Muhli Junaidi *
radarmadura.jawapos.com, 3/9/2017
 
Boleh jadi, fenomena korupsi yang semakin merebak dengan bukti semakin banyaknya pejabat negara, baik di tingkat pusat maupun daerah yang ditangkap OTT oleh KPK, disebabkan betapa kotornya hati nurani pejabat publik itu. Nurani yang kotor akan menyebabkan tindakan mereka jauh dari nilai-nilai kebaikan dan keadilan. Nurani yang kotor, menyebabkan hati menjadi culas dan serakah. Gaji berapa pun besarnya yang diterima para pejabat itu, tidak akan mencukupi di hadapan nurani yang kotor.
 
Kini saatnya, penyair Indonesia dari berbagai daerah merespons secara nyata dengan bergabung dalam gerakan Puisi Menolak Korupsi (PMK). Gerakan ini mau tak mau harus dilakukan di tengah kian sistemik dan canggihnya laku korupsi. Gerakan yang mendesak digulirkan sebagai sarana mempresentasikan seruan moral kepada masyarakat, agar secara filosofis dan praktis turut mewaspadai munculnya nurani kotor yang bermental korupsi sejak dini, serta mencegah perilaku korup yang lebih lanjut.
 
Sebagaimana dicatat Sosiawan Leak dalam halaman cover belakang Bunga Rampai PMK; Bergerak dengan Nurani ini. Gerakan Puisi Menolak Korupsi mengambil posisi sebagai gerakan kultural. Melengkapi gerakan lain yang dilakukan sejumlah unsur dari berbagai lapisan masyarakat.
 
Gerakan ini pada hakikatnya menyatu dan padu dengan semua kekuatan yang beriktikad mengawal proses ”perjalanan” pejabat negara dalam membangun bangsa ini yang berkeadilan dan bermartabat, terhindar dari rasuah. Gerakan ini juga menjadi sarana bagi penyair menyatakan sikap tegas, mendedah untuk menolak perilaku hidup korup. Di samping itu, PMK didirikan sebagai usaha minimal para sastrawan melalui sajak-sajaknya guna selalu membersihkan nurani dari tindakan korupsi.
 
Konten buku ini adalah catatan-catatan sastrawan nasional Indonesia berbentuk esai. Semuanya berisi informasi mendalam perihal PMK dalam kaitannya dengan road show penyair untuk memperjuangkan sikap antikoruptif melalui hati nurani yang bersih, terhindar dari tindakan culas dan serakah.
 
Terhimpun 79 esai dibagi pada lima tema. Yaitu, pertama, Episode Gerakan yang menghimpun 37 esai. Tema kedua Episode KONNAS terdiri dari 12 esai. Tema ketiga Episode Road Show yang berisi 24 laporan laskar PMK di berbagai kota seluruh Indonesia. Dan tema Episode Langgam berisi 1 esai khusus dari koordinator PMK Sosiawan Leak. Kemudian ditutup oleh Episode Khazanah yang menampilkan laporan-laporan kegiatan PMK pada road show di atas. Keseluruhan materi dalam buku ini disusun secara sistematis dan jelas.
 
Esai yang terhimpun bukan esai picisan. Sejumlah nama besar ada dalam buku ini. Misalnya Bambang Widiatmoko menulis esai berjudul Ketika Korupsi Menjadi Puisi (hlm. 31). Beni Setia menulis Melawan Korupsi Sampai Akhirat (hlm. 37). Ahmadun Yosi Herfanda menulis Arti Puisi di Tengah Zaman Korup (hlm. 217). Lathifah Edib menulis Puisi, Korupsi, dan Makna Perjuangan (hlm. 235), dan sebagainya. Berbagai penulis andal terhimpun dengan apik dan menarik.
 
Di bagian Episode Langgam, dengan esai berjudul Puisi Menolak Korupsi; Bergerak dengan Nurani yang ditulis koordinator PMK, benar-benar membetot perhatian peresensi. Dalam esai inilah gerakan PMK dijabarkan dengan luar biasa hebat dari; dasar pemikiran didirikannya PMK, keuangan PMK, gerak PMK, kemandirian ideologi dan ekonomi PMK, sampai diadakannya Konferensi Nasional (Konnas) PMK pertama pada 2016 di Semarang (hlm. 381-391).
 
Sosiawan Leak mengungkap dengan baik alasan PMK berdiri. Adalah ide dari Heru Mugiarso (penyair ’priayi’ Semarang) itu yang mula-mula disampaikan kepada Bung Leak, demikian ia biasa dipanggil, untuk menjadi koordinator penyair nasional demi bergerak melawan korupsi. Secara spontan ide itu ditanggapi dengan kalimat tanya, ”Dari mana duitnya?”
 
Pertanyaan itu ia kemukakan ke Heru. Sebab selama ini ada kecenderungan bahwa jika tema koruptif menjadi inti dari puitik jalur ini akan dituduh pendangkalan atas puisi-puisi. Sebab di dalamnya akan timbul kata-kata banal, profan, pamfletis, dan propagandis. Bung Leak memprediksi cara berpuisi seperti itu tidak akan digemari oleh ”pasar” yang selama ini lebih percaya kepada teknik berpuisi lewat simbolisme mendayu, buaian metafora, serta pengucapan makna puitik dari wilayah buram dan kegelapan (hlm. 382).
 
Kekhawatiran itu menjadi sirna setelah ditawarkan kepada para penyair nasional, bahkan internasional. Akhirnya, dukungan terus bergelora dari penyair semisal Acep Zamzam Noor, Agus R. Sarjono, Ahmadun Yosi Herfanda, Aming Aminuddin, Arsyad Indradi, Badaruddin Amin, Darman Moenir, Dimas Arika Mihardja, Gola Gong, Sutardji Chalzum Bahri, Yanusa Nugroho, dan lain-lain. Dengan begitu banyaknya dukungan, baik dana maupun karya dari penyair-penyair di atas, PMK mempunyai kedudukan strategis dan mulai diperhitungkan berbagai kalangan.
 
Secara keseluruhan buku yang lumayan tebal ini sangat baik untuk dimiliki sebagai awalan mengetahui apa dan mengapa PMK itu. Bagi pembaca yang mempunyai keseriusan mendukung pemberantasan korupsi, peresensi sarankan agar membaca tuntas buku ini. Selanjutnya, pembaca bolehlah bergabung dengan Bung Leak untuk bersama-sama berkontribusi pada dunia sastra dengan cara mengirimkan karya-karya terbaiknya dalam PMK-PMK.
 
Mari kita dukung KPK dengan cara bergabung kepada PMK ini. Yaitu cara penyair Indonesia yang bergerak dengan nurani yang bersih. Insya Allah, jika kita sama-sama berkomitmen dalam menolak korupsi, pada suatu saat negara ini akan terbebas dari perilaku kotor dan penghancur sendi-sendi negara tersebut. Mari ”satu hati tolak korupsi!”

*) Laskar PMK 6 yang berprofesi sebagai guru sejarah di SMA 3 Annuqayah dan SMA Assalam, Cenlecen, Pakong, Pamekasan. http://sastra-indonesia.com/2019/01/melindungi-nurani-dari-tindakan-koruptif/

1 comment:

A Kholiq Arif A. Anzieb A. Muttaqin A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Kirno Tanda Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu Afri Meldam Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Hernawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi Ahid Hidayat Ahmad Baedowi Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Khadafi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Ali Audah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amir Hamzah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andi Achdian Andra Nur Oktaviani Anindita S Thayf Anton Kurnia Anton Kurniawan Apresiasi Sastra (APSAS) Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Aryadi Mellas AS Laksana Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Astree Hawa Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Ngashim Badaruddin Amir Balada Bambang Darto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Budi Darma Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Christine Hakim Cinta Laura Kiehl Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Dandy Bayu Bramasta Dani Sukma Agus Setiawan Daniel Dhakidae Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Rina Cahyani Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dick Hartoko Djajus Pete Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eduard Tambunan Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Faizin Eko Nuryono Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Endang Susanti Rustamadji Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evi Idawati Evi Sukaesih F. Rahardi Fadhila Ramadhona Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Faisal Fathur Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Farid Gaban Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Fina Sato Fitri Franz Kafka Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Hairus Salim Hamdy Salad Happy Salma Hardi Hamzah Hardjono WS Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasif Amini HB Jassin Hendy Pratama Henry Nurcahyo Herman Syahara Hernadi Tanzil Heru Nugroho Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Made Agung Iberamsyah Barbary Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idrus Ignas Kleden Ilham Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imelda Bachtiar Imron Rosyid Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indria Pamuhapsari Indrian Koto Inung AS Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS Iva Titin Shovia Iwan Nurdaya-Djafar Iwan Simatupang Jabbar Abdullah Jakob Oetama Jakob Sumardjo Jalaluddin Rakhmat Jaleswari Pramodhawardani James Joyce Jansen H. Sinamo Januardi Husin Jauhari Zailani JJ. Kusni John H. McGlynn Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joni Ariadinata Juan Kromen Junaidi Khab Kahfie Nazaruddin Kamajaya Al. Katuuk Khansa Arifah Adila Kho Ping Hoo Khoirul Abidin Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kitab Para Malaikat Knut Hamsun Koh Young Hun Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kurniawan Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leo Tolstoy Lesbumi Yogyakarta Levi Silalahi Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah M Shoim Anwar M. Aan Mansyur M. Abdullah Badri M. Adnan Amal M. Faizi M.D. Atmaja Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Marianne Katoppo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Mashuri Max Arifin MB. Wijaksana Melani Budianta Mohammad Yamin Muhammad Ainun Nadjib Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Mulyadi SA Munawir Aziz Mustamin Almandary Mustiar AR Musyafak Timur Banua Myra Sidharta Nara Ahirullah Naskah Teater Nawal el Saadawi Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurur Rokhmah Bintari Oka Rusmini Onghokham Otto Sukatno CR Pakcik Ahmad Pameran Parakitri T. Simbolon Pattimura Pentigraf Peter Handke Petrik Matanasi Pramoedya Ananta Toer Prima Sulistya Priyo Suwarno Prosa Puisi Purwanto Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Ng. Ronggowarsito R. Timur Budi Raja Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan KH Rambuana Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Raudal Tanjung Banua Raymond Samuel Reko Alum Remmy Novaris DM Remy Sylado Resensi Rey Baliate Ribut Wijoto Riduan Situmorang Rikard Diku Riki Dhamparan Putra Riri Satria Rizki Alfi Syahril Robert Adhi KS Roland Barthes Ronggowarsito Rony Agustinus Royyan Julian Rozi Kembara Rumah Kreatif Suku Seni Riau (RK – SSR) Rusdy Nurdiansyah Rusydi Zamzami S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Sajak Samsul Anam Santi T. Sapardi Djoko Damono Sari Novita Sarworo Sp Sasti Gotama Sastra Luar Pulau Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekar Sari Indah Cahyani Selendang Sulaiman Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Setiyardi Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sobih Adnan Soegiharto Sofyan RH. Zaid Sonia Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sri Wintala Achmad Stephen Barber Subagio Sastrowardoyo Sugito Ha Es Sukron Ma’mun Sumargono SN Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani T. Sandi Situmorang Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Toeti Heraty Tri Umi Sumartyarini Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy Wahyu Dhyatmika Wahyu Hidayat Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Adi Willem B Berybe WS. Rendra Y.B. Mangunwijaya Yohanes Sehandi Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusi A. Pareanom Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito Zeynita Gibbons Zulfikar Akbar