Friday, July 30, 2021

Tesaurus Kehidupan

Eka Budianta *
Kompas, 28 Mei 2016
 
Kata benda apa yang paling anda sukai kalau nanti berumur 100 tahun? Herawati Diah yang baru merayakan ulang tahun ke-99 berbisik kepada saya, ”Art.” Baginya tidak ada kata benda yang lebih penting dari seni. Bukan uang, bukan rumah, bukan mobil, melainkan art. Mengapa? Tentu ada penjelasan psiko-analisisnya.
 
Biasanya kata benda yang disukai itu terkait dengan kebutuhan, keinginan, dan merespons kata sifat yang paling disukai juga. Tesaurus, menurut pengertian umum, adalah daftar sinonim dan antonim. Contoh yang paling klasik adalah Roget’s Thesaurus yang terbit pertama kali tahun 1852. Penyusunnya, Peter Mark Roget (1779–1869), seorang dokter Inggris, yang berhasil mengumpulkan 15.000 lema atau entri sejak tahun 1805.
 
Dua abad berikutnya, pada tahun 2006, Tesaurus Bahasa Indonesia terbit di Jakarta. Penyusunnya Eko Endarmoko, kelahiran 1959. Ia mengandangkan kata-kata yang bebas di alam liar ini sejak 1980. Hasilnya adalah buku setebal 736 halaman berisi 16.000 lema. Bandingkan dengan Kamus Indonesia–Inggris terbitan Gramedia 1992 setebal 618 halaman dengan isi 31.000 lema.
 
Bagi seorang biografer, tesaurus dapat dipakai sebagai indikator ”hitam-putih” kehidupan seseorang. Ada kata benda, seperti saya tanyakan kepada Herawati Diah. Ada pula kata kerja yang paling disukainya, yaitu keep moving ’terus bergerak’! Artinya apa? Hera tidak suka diam. Namun, kalau hal yang sama kita tanyakan kepada Emil Salim: ”Tidur”—jawabannya. Itu tertulis pada buku Disentuh Emil Salim yang terbit pada 2010.
 
Tentu pendekatan ini bukan dikhususkan untuk menyusun tesaurus, tetapi saya yakin bisa membuat tesaurus kehidupan lebih diminati orang. Mengapa? Ketika seseorang mendambakan ”tidur”, yang tebersit adalah insomnia, susah memejamkan mata, karena pikirannya tak pernah berhenti bekerja.
 
Persoalan yang gamblang terlihat tidak terletak pada kategorisasi dan metode pengumpulan bahan, tetapi yang mungkin paling penting adalah mendekatkan kata pada pemakai tesaurus itu. Selama ini ada kesan kata-kata lebih diserahkan kepada yang punya. Setiap benda disuruh mengusung kata-kata yang sinonim dengan dirinya sendiri. Demikian pula dengan sifat dan perbuatan.
 
Kita bersyukur dan berterima kasih kepada Eko Endarmoko yang menjadi juru bicara semua pihak yang mendapat titipan itu. Tantangannya sekarang, bagaimana setiap orang bisa mengembangkan perbendaharaan dan tesaurusnya sendiri. Dengan pendekatan psiko-analisis penyuka kata tidur ingin menyembunyikan bangun, waspada, melek sebagai antonimnya. Itulah sesungguhnya yang perlu ditawarkan sebagai stimulan.
 
Almarhum kritikus sastra HB Jassin pernah berpesan, ”Kalau ada orang menulis judul ’Saya Bahagia Menjadi Bangsa Indonesia’, kita boleh menduga sebaliknya.” Saya pikir itulah awal dari diperlukannya tesaurus untuk lebih memahami bangsa (tepatnya pemakai bahasa) Indonesia. Jadi, waktu mendengar Herawati Diah menyukai kata seni, pikiran kita harus menangkap kecintaannya pada keindahan. Jangan sampai ada sendok jatuh di meja makan.
 
Pada waktu membaca Bambang Ismawan, tokoh swadaya masyarakat, mengungkapkan cintanya pada ”baju, pakaian, busana, dst” kita dilatih menangkap pentingnya kerapihan, dan meraja-lelanya sebuah zaman yang penuh pencitraan. Hal itu dapat dibaca dalam biografinya, Mazmur Ismawan, terbitan Jaringan Pengusaha Sejahtera, 2008.
 
Tesaurus pada tingkat pribadi inilah yang harus muncul, hasil dari provokasi Tesamoko—yang membuktikan Indonesia adalah bangsa yang cinta kepada bahasanya. Semoga tesaurus yang disumbangkan Eko Endarmoko bisa memperpanjang usia bahasa dan bangsa Indonesia. Selamat memperkaya kebudayaan untuk memasuki zaman-zaman selanjutnya.

*) Penyair dan Biografer Anak-anak Bangsa. http://sastra-indonesia.com/2017/08/tesaurus-kehidupan/

No comments:

Post a Comment

A Kholiq Arif A. Anzieb A. Muttaqin A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Kirno Tanda Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu Afri Meldam Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Hernawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi Ahid Hidayat Ahmad Baedowi Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Khadafi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Ali Audah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amir Hamzah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andi Achdian Andra Nur Oktaviani Anindita S Thayf Anton Kurnia Anton Kurniawan Apresiasi Sastra (APSAS) Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Aryadi Mellas AS Laksana Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Astree Hawa Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Ngashim Badaruddin Amir Balada Bambang Darto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Budi Darma Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Christine Hakim Cinta Laura Kiehl Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Dandy Bayu Bramasta Dani Sukma Agus Setiawan Daniel Dhakidae Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Rina Cahyani Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dick Hartoko Djajus Pete Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eduard Tambunan Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Faizin Eko Nuryono Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Endang Susanti Rustamadji Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evi Idawati Evi Sukaesih F. Rahardi Fadhila Ramadhona Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Faisal Fathur Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Farid Gaban Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Fina Sato Fitri Franz Kafka Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Hairus Salim Hamdy Salad Happy Salma Hardi Hamzah Hardjono WS Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasif Amini HB Jassin Hendy Pratama Henry Nurcahyo Herman Syahara Hernadi Tanzil Heru Nugroho Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Made Agung Iberamsyah Barbary Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idrus Ignas Kleden Ilham Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imelda Bachtiar Imron Rosyid Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indria Pamuhapsari Indrian Koto Inung AS Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS Iva Titin Shovia Iwan Nurdaya-Djafar Iwan Simatupang Jabbar Abdullah Jakob Oetama Jakob Sumardjo Jalaluddin Rakhmat Jaleswari Pramodhawardani James Joyce Jansen H. Sinamo Januardi Husin Jauhari Zailani JJ. Kusni John H. McGlynn Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joni Ariadinata Juan Kromen Junaidi Khab Kahfie Nazaruddin Kamajaya Al. Katuuk Khansa Arifah Adila Kho Ping Hoo Khoirul Abidin Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kitab Para Malaikat Knut Hamsun Koh Young Hun Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kurniawan Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leo Tolstoy Lesbumi Yogyakarta Levi Silalahi Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah M Shoim Anwar M. Aan Mansyur M. Abdullah Badri M. Adnan Amal M. Faizi M.D. Atmaja Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Marianne Katoppo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Mashuri Max Arifin MB. Wijaksana Melani Budianta Mohammad Yamin Muhammad Ainun Nadjib Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Mulyadi SA Munawir Aziz Mustamin Almandary Mustiar AR Musyafak Timur Banua Myra Sidharta Nara Ahirullah Naskah Teater Nawal el Saadawi Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurur Rokhmah Bintari Oka Rusmini Onghokham Otto Sukatno CR Pakcik Ahmad Pameran Parakitri T. Simbolon Pattimura Pentigraf Peter Handke Petrik Matanasi Pramoedya Ananta Toer Prima Sulistya Priyo Suwarno Prosa Puisi Purwanto Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Ng. Ronggowarsito R. Timur Budi Raja Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan KH Rambuana Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Raudal Tanjung Banua Raymond Samuel Reko Alum Remmy Novaris DM Remy Sylado Resensi Rey Baliate Ribut Wijoto Riduan Situmorang Rikard Diku Riki Dhamparan Putra Riri Satria Rizki Alfi Syahril Robert Adhi KS Roland Barthes Ronggowarsito Rony Agustinus Royyan Julian Rozi Kembara Rumah Kreatif Suku Seni Riau (RK – SSR) Rusdy Nurdiansyah Rusydi Zamzami S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Sajak Samsul Anam Santi T. Sapardi Djoko Damono Sari Novita Sarworo Sp Sasti Gotama Sastra Luar Pulau Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekar Sari Indah Cahyani Selendang Sulaiman Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Setiyardi Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sobih Adnan Soegiharto Sofyan RH. Zaid Sonia Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sri Wintala Achmad Stephen Barber Subagio Sastrowardoyo Sugito Ha Es Sukron Ma’mun Sumargono SN Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani T. Sandi Situmorang Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Toeti Heraty Tri Umi Sumartyarini Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy Wahyu Dhyatmika Wahyu Hidayat Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Adi Willem B Berybe WS. Rendra Y.B. Mangunwijaya Yohanes Sehandi Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusi A. Pareanom Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito Zeynita Gibbons Zulfikar Akbar