Tuesday, July 20, 2021

Kritik

Arie MP Tamba
jurnalnasional.com
 
Sebagai seorang pembaca karya sastra, saya mempercayai apa yang dikatakan Jauss yang kemudian lebih dikenal sebagai paham teori resepsi, bahwa karya sastra bukanlah sebuah obyek yang berdiri sendirian dan menawarkan wajah yang sama kepada setiap pembaca dalam setiap periode. Sebab, lanjut Iser (temannya Jauss), setiap pembaca selalu berpartisipasi aktif dalam pembacaannya, sesuai cakrawala harapan atau pengetahuan kesusastraannya masing-masing.
 
Tentu saja saya bisa menerima adanya pendekatan pembacaan lain, seperti yang dilakukan kaum formalis, yang berkutat dengan aspek intrinsik karya sastra seiring perkembangan teorisisasi karya sastra di lembaga akademis ataupun berhasil ditegakkan seorang figur kritikus sastra berpengaruh.
 
Dan saya juga bisa memaklumi, pilihan pendekatan Marxis yang ingin meneropong sejauh mana sebuah karya sastra memiliki kekuatan sosiologis memetakan pertentangan kelas dan kecenderungan-kecenderungan politik yang ada di masyarakat, atau bahkan pendekatan biografis-psikologis seperti pernah dilakukan Arief Budiman terhadap Chairil Anwar, dan pada tingkat tertentu juga HB Jassin ketika menyusun teori angkatan, yang mengandaikan adanya hubungan langsung kepengarangan seseorang dengan perkembangan politik di masyarakat, dll.
 
Lalu, saya juga kerap memilih mengoperasikan pendekatan resepsi pembaca, yang secara lugas diilustrasikan Fish, bahwa setiap pembaca sesungguhnya tak pernah menghampiri sebuah karya sastra dengan kepala kosong, karena pembaca selalu membawa kopor berisi berbagai keputusan teoritis, ideologis, bahkan mental strategis, yang bisa saja personal.
 
Seperti pernah disinggung Subagio Sastrowardoyo tentang sajak-sajak D. Zawawi Imron, yang kalau diibaratkan meski seorang wanita yang tidak cantik, tapi karena terlanjur menyukainya, maka bagi Subagio sajak-sajak Zawawi-lah yang terbaik. Meski, dari kesukaannya itu, Subagio harus menghadapi risiko: betapa semakin intens ia “menggauli” karya-karya Zawawi, ia kemudian menemukan belang-bontengnya, cacat-panunya, atau kelemahan-kekurangannya.
 
Dan semua paradigma pembacaan ini, tentu saja termasuk kritik sastra. Kritik sastra adalah sebuah seni sastra, di samping karya sastra. Bila karya sastra mengandalkan konten dan bentuk, cerita, pesan, penokohan, plot, imajinasi, angan-angan, fantasi, bahkan harapan-harapan seorang seniman – maka kritik sastra – menawarkan evaluasi, pengamatan, penilaian, koreksi, usulan, atau sekadar komentar minimal, tentang karya sastra tersebut.
 
Paling tidak, begitulah Budi Darma (1995) memahaminya, dan saya menyepakatinya. Artinya, tak ada perbedaan yang signifikan antara kritik sastra akademis ataupun kritik sastra kreatif, seperti pernah ramai diperbincangkan di koran-koran dan majalah sastra. Atau, tak ada pula bedanya antara kritik sastra akademis dengan kritik sastra koran misalnya. Sebab, yang jadi tujuan adalah bagaimana mendapatkan kritik sastra yang baik. Atau, bagaimana kita kemudian mendapatkan evaluasi atas sebuah karya sastra.
 
Bila karya sastra yang baik menggerakkan pembacanya merenungkan kembali nilai-nilai kehidupan tertentu, dengan cara baru; maka, kritik sastra yang baik semestinyalah menimbulkan pencerahan bagi pembacanya, akan karya yang sedang dikritik. Dengan begitu, tak ada lagi perbedaan dalam bentuk apa kritik sastra itu disampaikan. Apakah dalam bentuk artikel, resensi, perbincangan panjang, esai menarik, atau sebuah buku ulasan khusus.
 
Sebab, yang jadi tujuan adalah bagaimana mendapatkan sebuah “karya baru”, yakni sebuah “kritik sastra”, berdasarkan sebuah “karya lama” yang dibahas si pengulas. Maka, bila kita mendapatkan sebuah karya kritik sastra yang “kerdil” dibandingkan karya sastra yang dibicarakannya, bisa ditafsirkan bahwa sebagai pembaca, si pengulas sedang menunjukkan kegagalannya membaca karya sastra itu. Atau, bila kita menemukan sebuah kritik sastra yang bagus atas sebuah karya sastra yang biasa-biasa saja; segera bisa dipahami, bahwa si pembaca sedang melebih-lebihkan penilaiannya tentang karya sastra tertentu.
 
Hingga, yang terbaik adalah bagaimana kita menemukan sebuah karya yang baik, mendapatkan kritik sastra yang tak kalah baiknya. Itulah yang kita alami ketika membaca kumpulan puisi Perahu Kertas karya Sapardi Djoko Damono, kemudian Sutardji Calzoum Bachri mengkritiknya dengan keras dan sama kayanya di majalah sastra Horison!
 
Atau, kita boleh mengacungkan jempol atas sorotan dan perbincangan yang dilakukan A. Teeuw terhadap puisi-puisi para penyair penting Indonesia yang terkumpul dalam Tergantung Pada Kata. Demikian juga, kita merasa diperkaya oleh pemaparan cerdas dan simpatik Dami N. Toda, atas pembaruan yang ditawarkan Novel-novel Baru Iwan Simatupang. Karya sastra bermutu, diimbangi oleh kritik sastra berkualitas!
***

http://sastra-indonesia.com/2009/01/kritik/

No comments:

Post a Comment

A Kholiq Arif A. Anzieb A. Muttaqin A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Kirno Tanda Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu Afri Meldam Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Hernawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi Ahid Hidayat Ahmad Baedowi Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Khadafi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Ali Audah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amir Hamzah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andi Achdian Andra Nur Oktaviani Anindita S Thayf Anton Kurnia Anton Kurniawan Apresiasi Sastra (APSAS) Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Aryadi Mellas AS Laksana Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Astree Hawa Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Ngashim Badaruddin Amir Balada Bambang Darto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Budi Darma Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Christine Hakim Cinta Laura Kiehl Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Dandy Bayu Bramasta Dani Sukma Agus Setiawan Daniel Dhakidae Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Rina Cahyani Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dick Hartoko Djajus Pete Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eduard Tambunan Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Faizin Eko Nuryono Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Endang Susanti Rustamadji Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evi Idawati Evi Sukaesih F. Rahardi Fadhila Ramadhona Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Faisal Fathur Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Farid Gaban Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Fina Sato Fitri Franz Kafka Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Hairus Salim Hamdy Salad Happy Salma Hardi Hamzah Hardjono WS Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasif Amini HB Jassin Hendy Pratama Henry Nurcahyo Herman Syahara Hernadi Tanzil Heru Nugroho Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Made Agung Iberamsyah Barbary Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idrus Ignas Kleden Ilham Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imelda Bachtiar Imron Rosyid Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indria Pamuhapsari Indrian Koto Inung AS Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS Iva Titin Shovia Iwan Nurdaya-Djafar Iwan Simatupang Jabbar Abdullah Jakob Oetama Jakob Sumardjo Jalaluddin Rakhmat Jaleswari Pramodhawardani James Joyce Jansen H. Sinamo Januardi Husin Jauhari Zailani JJ. Kusni John H. McGlynn Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joni Ariadinata Juan Kromen Junaidi Khab Kahfie Nazaruddin Kamajaya Al. Katuuk Khansa Arifah Adila Kho Ping Hoo Khoirul Abidin Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kitab Para Malaikat Knut Hamsun Koh Young Hun Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kurniawan Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leo Tolstoy Lesbumi Yogyakarta Levi Silalahi Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah M Shoim Anwar M. Aan Mansyur M. Abdullah Badri M. Adnan Amal M. Faizi M.D. Atmaja Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Marianne Katoppo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Mashuri Max Arifin MB. Wijaksana Melani Budianta Mohammad Yamin Muhammad Ainun Nadjib Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Mulyadi SA Munawir Aziz Mustamin Almandary Mustiar AR Musyafak Timur Banua Myra Sidharta Nara Ahirullah Naskah Teater Nawal el Saadawi Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurur Rokhmah Bintari Oka Rusmini Onghokham Otto Sukatno CR Pakcik Ahmad Pameran Parakitri T. Simbolon Pattimura Pentigraf Peter Handke Petrik Matanasi Pramoedya Ananta Toer Prima Sulistya Priyo Suwarno Prosa Puisi Purwanto Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Ng. Ronggowarsito R. Timur Budi Raja Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan KH Rambuana Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Raudal Tanjung Banua Raymond Samuel Reko Alum Remmy Novaris DM Remy Sylado Resensi Rey Baliate Ribut Wijoto Riduan Situmorang Rikard Diku Riki Dhamparan Putra Riri Satria Rizki Alfi Syahril Robert Adhi KS Roland Barthes Ronggowarsito Rony Agustinus Royyan Julian Rozi Kembara Rumah Kreatif Suku Seni Riau (RK – SSR) Rusdy Nurdiansyah Rusydi Zamzami S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Sajak Samsul Anam Santi T. Sapardi Djoko Damono Sari Novita Sarworo Sp Sasti Gotama Sastra Luar Pulau Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekar Sari Indah Cahyani Selendang Sulaiman Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Setiyardi Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sobih Adnan Soegiharto Sofyan RH. Zaid Sonia Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sri Wintala Achmad Stephen Barber Subagio Sastrowardoyo Sugito Ha Es Sukron Ma’mun Sumargono SN Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani T. Sandi Situmorang Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Toeti Heraty Tri Umi Sumartyarini Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy Wahyu Dhyatmika Wahyu Hidayat Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Adi Willem B Berybe WS. Rendra Y.B. Mangunwijaya Yohanes Sehandi Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusi A. Pareanom Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito Zeynita Gibbons Zulfikar Akbar