Monday, June 21, 2021

Pentas Musik “Blacan Aromatic”: Ketika Gambus Mengiringi Tari Gaul

Taufik Ikram Jamil *
Riau Pos, 18 Des 2011
 
SUARA gambus, berjalin dengan akordion, marwas, dan bebano, yang melantunkan nada zapin, terdengar lincah di bawah cahaya temaram. Tak seberapa lama kemudian, dua remaja —beranting-anting dan bercelana ketat sampai ke lutut dengan kemeja yang molor pula— muncul dari arah berlawanan. Saling lambai dan senyum, mereka kemudian membuat gerak-gerak patah di kaki maupun tangan yang oleh “anak gaul” kini disebut dengan modern dance, seperti menyambut suara dari alat musik tradisional Melayu itu.
 
Tak pelak lagi, riuh-rendah terdengar menyambut perpaduan tradisi-temporer tersebut dalam Pentas Musik “Blacan Aromatic”, di Anjung Seni Idrus Tintin, Pekanbaru, Jumat dan Sabtu (11/12/11). Penonton yang memenuhi gedung dengan kapasitas lebih dari 500 orang itu, sebagian besar memang remaja, hampir satu jam disuguhkan dengan musik Melayu garapan baru, dimainkan oleh 20-an orang yang juga masih belia dalam delapan komposisi musik dengan tajuk Kayuh Segala Muara.
 
Tari gaul yang pada dasawarsa terdahulu lebih suka disebut break dance itu, tampak tidak saja menyatu dengan musik zapin, tetapi juga tari zapin. Dengan gerak-gerak patah yang membuat garis sejajar dan berpencar, Iwan dan Dani —dua penari dimaksud— mengambil beberapa langkah yang dikenal dalam tari zapin tradisional seperti langkah anak ayam patah maupun alif. Mereka misalnya, melangkah dengan menekuk kaki yang bertumpu pada satu titik, kemudian berbalik dengan tangan mengembang seperti meniru gerakan kepak elang sedang terbang.
 
Bagi komposernya, Zalfandri, adegan yang hanya berlangsung sekitar lima menit itu, agaknya untuk memberikan aksentuasi bahwa musik Melayu tidak beku dan terpaku dengan pakem tradisi. Tidak hanya untuk didengar dan dilihat dalam pentas musik, cabang seni tersebut dapat mengiringi kecenderungan tarian remaja masa kini yang begitu hidup di sekolah-sekolah maupun di tempat umum semacam mall dan pinggir jalan. Musik zapin dengan gambus sebagai alat utamanya selama ini seperti hanya untuk acara adat, dan formal belaka.
 
Tentulah Zalfandri atau akrab dipanggil Matrock, ingin bersapaan dengan remaja kini terutama melalui musik itu sendiri. Alumni AKMR (Akademi Kesenian Melayu Riau) ini berusaha untuk memberi gambaran bahwa musik Melayu tidak hanya mendayu-dayu, tetapi dinamis dengan menyertakan suara drum, bas, dan gitar eletrik. Mereka gunakan pula berbagai kostum dari hanya berkain sarung sampai memakai dasi.
 
Ia juga memberi keluasan untuk mengeksplorasi alat musik tradisional Melayu. Ini juga tak mengurangi decak penonton, misalnya ketika jari-jemari Adi menggelinding di atas kulit bebano (gendang besar) yang menghasilkan suara menderu. Begitu juga ketika Rido membunyikan akordion yang tidak seperti biasa yakni dengan memijit tutsnya, tetapi justeru menggunakan kepalan tinju.
 
Tragedi, kepiluan, dan kelucuan, begitu menyentuh ketika Matrock “beradu” gambus dengan penggambus jemputan dari Riau Rhythm Chambers Indonesia, Rino Dezapaty Mby. Suara gambus yang dimainkan Rino meninggi misalnya, disambut dengan nada rendah oleh suara gambus yang dipetik Matrock —begitu pula sebaliknya dengan berbagai variasi. Di bawah judul Hungkal in A Minor, pada satu momen, Rino memetik gambus dengan musik latar film Unyil setengah bar misalnya lagi, disambut dengan petikan gambus Matrock yang berderai.
 
Alkisah, Matrock juga menjadikan garapan ini sebagai media berpikir dan perenungan, setidak-tidaknya ketika Riau berhadapan dengan pembangunan yang tidak adil. Judul-judul komposisinya seperti Membaca Riau, Jelatik, Ganjil Plus Drop Out, Menabuh Amuk, dan Serap, sejak awal menyiratkan hal itu. Di bawah judul Menabuh Amuk, ia bahkan sampai melantunkan lirik: ke mana nak pergi/ ke sungai tak dapat menjaring, ke darat getah dah ditebang.
 
Tentulah masih banyak yang harus diperbaiki oleh kelompok ini untuk penampilan berikutnya. Pengaturan panggung dan pencahayaan misalnya, tak bisa dianggap nomor dua karena mau tak mau, pentas musik berada dalam ranah seni pertunjukan. Acapkali misalnya, cahaya tidak mendukung suasana yang hendak dihidangkan. Katakanlah ketika komposisi Serap (trance) ditampilkan, suasana mencengkam kurang hadir karena cahaya lampu yang benderang biasa.
 
Cuma jangan-jangan, fasilitas pendukung semacam itu memang sengaja “dibiarkan” Matrock, seperti begitu juga keadaan alat pendingin yang tak hidup—untung hari hujan sehingga tak begitu panas—untuk memperlihatkan betapa minimnya fasilitas di gedung yang dibangun dengan menghabiskan dana lebih dari Rp 200 milyar ini; di provinsi kaya yang hendak menjadikan dirinya sebagai pusat kebudayaan Melayu tahun 2020, he he he...

*) Taufik Ikram Jamil, sastrawan, tinggal di Pekanbaru. http://sastra-indonesia.com/2021/06/pentas-musik-blacan-aromatic-ketika-gambus-mengiringi-tari-gaul/

No comments:

Post a Comment

A Kholiq Arif A. Anzieb A. Muttaqin A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Kirno Tanda Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu Afri Meldam Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Hernawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi Ahid Hidayat Ahmad Baedowi Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Khadafi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Ali Audah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amir Hamzah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andi Achdian Andra Nur Oktaviani Anindita S Thayf Anton Kurnia Anton Kurniawan Apresiasi Sastra (APSAS) Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Aryadi Mellas AS Laksana Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Astree Hawa Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Ngashim Badaruddin Amir Balada Bambang Darto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Budi Darma Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Christine Hakim Cinta Laura Kiehl Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Dandy Bayu Bramasta Dani Sukma Agus Setiawan Daniel Dhakidae Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Rina Cahyani Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dick Hartoko Djajus Pete Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eduard Tambunan Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Faizin Eko Nuryono Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Endang Susanti Rustamadji Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evi Idawati Evi Sukaesih F. Rahardi Fadhila Ramadhona Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Faisal Fathur Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Farid Gaban Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Fina Sato Fitri Franz Kafka Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Hairus Salim Hamdy Salad Happy Salma Hardi Hamzah Hardjono WS Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasif Amini HB Jassin Hendy Pratama Henry Nurcahyo Herman Syahara Hernadi Tanzil Heru Nugroho Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Made Agung Iberamsyah Barbary Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idrus Ignas Kleden Ilham Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imelda Bachtiar Imron Rosyid Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indria Pamuhapsari Indrian Koto Inung AS Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS Iva Titin Shovia Iwan Nurdaya-Djafar Iwan Simatupang Jabbar Abdullah Jakob Oetama Jakob Sumardjo Jalaluddin Rakhmat Jaleswari Pramodhawardani James Joyce Jansen H. Sinamo Januardi Husin Jauhari Zailani JJ. Kusni John H. McGlynn Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joni Ariadinata Juan Kromen Junaidi Khab Kahfie Nazaruddin Kamajaya Al. Katuuk Khansa Arifah Adila Kho Ping Hoo Khoirul Abidin Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kitab Para Malaikat Knut Hamsun Koh Young Hun Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kurniawan Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leo Tolstoy Lesbumi Yogyakarta Levi Silalahi Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah M Shoim Anwar M. Aan Mansyur M. Abdullah Badri M. Adnan Amal M. Faizi M.D. Atmaja Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Marianne Katoppo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Mashuri Max Arifin MB. Wijaksana Melani Budianta Mohammad Yamin Muhammad Ainun Nadjib Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Mulyadi SA Munawir Aziz Mustamin Almandary Mustiar AR Musyafak Timur Banua Myra Sidharta Nara Ahirullah Naskah Teater Nawal el Saadawi Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurur Rokhmah Bintari Oka Rusmini Onghokham Otto Sukatno CR Pakcik Ahmad Pameran Parakitri T. Simbolon Pattimura Pentigraf Peter Handke Petrik Matanasi Pramoedya Ananta Toer Prima Sulistya Priyo Suwarno Prosa Puisi Purwanto Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Ng. Ronggowarsito R. Timur Budi Raja Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan KH Rambuana Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Raudal Tanjung Banua Raymond Samuel Reko Alum Remmy Novaris DM Remy Sylado Resensi Rey Baliate Ribut Wijoto Riduan Situmorang Rikard Diku Riki Dhamparan Putra Riri Satria Rizki Alfi Syahril Robert Adhi KS Roland Barthes Ronggowarsito Rony Agustinus Royyan Julian Rozi Kembara Rumah Kreatif Suku Seni Riau (RK – SSR) Rusdy Nurdiansyah Rusydi Zamzami S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Sajak Samsul Anam Santi T. Sapardi Djoko Damono Sari Novita Sarworo Sp Sasti Gotama Sastra Luar Pulau Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekar Sari Indah Cahyani Selendang Sulaiman Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Setiyardi Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sobih Adnan Soegiharto Sofyan RH. Zaid Sonia Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sri Wintala Achmad Stephen Barber Subagio Sastrowardoyo Sugito Ha Es Sukron Ma’mun Sumargono SN Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani T. Sandi Situmorang Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Toeti Heraty Tri Umi Sumartyarini Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy Wahyu Dhyatmika Wahyu Hidayat Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Adi Willem B Berybe WS. Rendra Y.B. Mangunwijaya Yohanes Sehandi Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusi A. Pareanom Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito Zeynita Gibbons Zulfikar Akbar