Tuesday, February 16, 2021

Sajak-Sajak Rikard Diku

BERITA
 
Tanah-tanah warisan merana
Penghuni adalah hutan dan hantu
Tuhan menjatuhkan airmata
Menerima peti jenazah dari negeri seberang
Tempat memburu rezeki
 
Seseorang yang menjunjung mimpi bagai penjudi
Dini hari ditemukan mati tanpa celana
Berita dan derita tersiar sampai ke pohon telinga
Negara dan agama ribut merebut kuasa
Para pekerja menyalibkan rasa sakit di tiang listrik
Pengemis berdoa Bapa Kami: berilah kami rezeki pada hari ini
 
Hulubalang menyepak pantat TKI illegal
Seniman memahat wajah negara
Wartawan sibuk mencari data dan kehilangan kita
Penyair menganyam kata untuk membungkus luka
Nasib dan kita bermain teka-teki silang
Saling bersaing menemukan jawaban dan kekalahan-kekalahan
Dan pertanyaan-pertanyaan
 
(2021)
 
 
 
PEREMPUAN MASA LALU
 
Selepas meninggalkan bandara dan peta alamatmu
Ayat-ayat rindu seperti tamat untuk dibaca
Kita menjelma buku kosong yang lupa dilukai pena penyair
Lampu jalanan yang muram dan terlantar oleh kota
Kata-kata seperti enggan dieja tubir bibir                              
Mawar telah tumbuh di dada dan menusuk aorta
 
Cinta ini tercipta bukan dari pertemuan-pertemuan kan?
Sendiri-sendiri mulai menyiasati sepi dengan memeluk masa lalu
Puisi tak lagi membaca secangkir kopi
Atau jarak yang mengukur kesibukan-kesibukan
Selepas meninggalkan bandara dan peta alamatmu
Kalimat yang bisa kucatat ketika sepi menancap
 
Di kaki-kaki kursi adalah apa kabarmu yang pergi?
Meski sejak aku menulis sajak tentang perpisahan
Perempuan itu kamu, yang belum pernah menanyakan
 
“Apa kabarmu, puisi?”
Selepas meninggalkan bandara dan peta alamatmu
Aku belum menemukan kehilangan lain selain hilangnya kabar
Meski sebenarnya kau seumpama roh untuk puisi-puisi yang berkibar
 
(2021)
 
 
 
RAHASIA
 
Setiap menatap hal ihwal yang membuat mata berkaca-kaca
Kau menangkap rahasia dengan memotret
Langit biru, kabel listrik, gedung tua, sepotong bulan
Keindahan seperti terbit dari tangan mungil
 
Yang diam-diam menutup sepasang mata jendela
Ketika senja yang merah seperti darah anak domba
Mendamba bayang-bayang hari tak lekas pergi
 
Seperti kucing kecil di kamarmu
Terus mengeong sebelum sisik ikan teri
Kau lempar ke bawah sisi kursi
 
Ketika tidur melupakanmu dan hujan
Dan lonceng gereja menjatuhkan peristiwa sedih
Sudah pergi bayangan di telapak kaki
 
(2021)
 
 
 
KETIKA KAU MEMBACA PUISI
 
Ketika kau membaca setiap puisi
Dalam hati ada aliran sungai
Membawa serta ikan-ikan kecil
Kerikil tersangkut di saku baju
Kau mencuci kenangan yang luntur
Aku meyapu awan di matamu yang mendung
Berharap langit tidak menumpahkan bulir-bulir hujan
Membasuh bunga pukul Sembilan di halaman
 
Aku ada di sela-sela kalimat
Menghitung detak jantungmu
Berapa kali jeda ketika debur puisi
Menyisir segala debar hati
 
(2021)
 
 
 
MEMASUKI KAMAR INI
 
Memasuki kamar ini sendiri
Sunyi berdiri di empat penjuru mata angin
Buku-buku yang berantakkan dibaca oleh mata lampu
Foto yang dipaku berjejer pada dinding
Benang merah, putih dan hijau dalam buku harian
Penanda cerita-cerita yang tidak dilupakan
 
Jubin berdebu dari remah-remah masa lalu yang belum disapu waktu
Kau bersembunyi diantara halaman-halaman buku puisi
Setelah dilahirkan penyair pada malam-malam yang lupa tidur
 
Dan mata jendela mencatat rahasia-rahasia dengan jujur
Pulang ke dalam tubuh ini sendiri
Di hadapan meja dan kursi dan kita
Adalah kamar pengakuan
 
(2021)
 
 
 
ISYARAT SEBUAH SEPI
 
Jarak mengisyaratkan rindu akan selalu kambuh
Tumbuh pohon-pohon doa yang memohon
Tuhan mengikat erat tali layang-layang
Terbang tinggi sebelum angin berhenti menari
 
Mengudara hatimu yang langit dan suka berubah warna
Menerka-nerka kangen dan doa ini milik siapa
Ketika sepi yang api menyiksa kesendirian kita
 
(2021)
 
 
 
DOA DI SEPERTIGA MALAM
 
Sebelum bantal menjadi alas bagi mimpi
Aku memintal doa dalam kepala
Mata terkatup sedang tuhan membuat jaring laba-laba
Di bawah pohon matamu yang sering menjatuhkan daun tua
Dan embun yang membasuh musim-musim kemarau panjang
 
Keranjang bunga-bunga doa adalah sesal tak selesai
Dijinjing para malaikat penjaga taman eden
Kepada surga yang menaburkan buah kehidupan
Buah terlarang dari tangan perempuan
 
Tuhan di sepertiga malam jauhkan aku dari
Godaan si ular yang hendak melilit buah mimpi-mimpi
Yang ranum di dada seperti Hawa
 
(2021)
 
 
 
MASIH
 
Masih bergetar pita suaramu diantara gerimis yang merintih
Angin menerbangkan ritmis gitar dan hati menjadi ketir
Petir tiba-tiba menyambar pohon jati
Diri kita tercipta dari perkataan-perkataan yang cahaya, katamu.
 
Pisau yang kau selipkan di dada dan tiada
Risau merobek kenangan yang berwarna malam
Adalah rentetan kebetulan yang luka
Masih bergetar pita suaramu dekat lampu jalanan
Yang diam-diam tak kunjung padam sebagai rindu
Masa lalu sudah dicabut seumpama ilalang diantara gandum. Benalu.
 
Kutulis puisi ini setelah pita suaramu masih bergetar, gitar masih kudengar
Suaramu memantulkan gema ke udara
Tak terasa tiba-tiba sunyi begitu lumpuh
 
(2020)

Rikard Diku, lahir 7 Februari 1999, mahasiswa STFK Ledalero, Maumere-NTT. Beberapa cerpen dan puisinya tersiar di koran, media daring, dan dibukukan dalam beberapa antologi. http://sastra-indonesia.com/2021/02/sajak-sajak-rikard-diku/

No comments:

Post a Comment

A Kholiq Arif A. Anzieb A. Muttaqin A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Kirno Tanda Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu Afri Meldam Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Hernawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi Ahid Hidayat Ahmad Baedowi Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Khadafi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Ali Audah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amir Hamzah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andi Achdian Andra Nur Oktaviani Anindita S Thayf Anton Kurnia Anton Kurniawan Apresiasi Sastra (APSAS) Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Aryadi Mellas AS Laksana Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Astree Hawa Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Ngashim Badaruddin Amir Balada Bambang Darto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Budi Darma Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Christine Hakim Cinta Laura Kiehl Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Dandy Bayu Bramasta Dani Sukma Agus Setiawan Daniel Dhakidae Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Rina Cahyani Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dick Hartoko Djajus Pete Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eduard Tambunan Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Faizin Eko Nuryono Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Endang Susanti Rustamadji Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evi Idawati Evi Sukaesih F. Rahardi Fadhila Ramadhona Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Faisal Fathur Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Farid Gaban Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Fina Sato Fitri Franz Kafka Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Hairus Salim Hamdy Salad Happy Salma Hardi Hamzah Hardjono WS Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasif Amini HB Jassin Hendy Pratama Henry Nurcahyo Herman Syahara Hernadi Tanzil Heru Nugroho Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Made Agung Iberamsyah Barbary Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idrus Ignas Kleden Ilham Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imelda Bachtiar Imron Rosyid Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indria Pamuhapsari Indrian Koto Inung AS Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS Iva Titin Shovia Iwan Nurdaya-Djafar Iwan Simatupang Jabbar Abdullah Jakob Oetama Jakob Sumardjo Jalaluddin Rakhmat Jaleswari Pramodhawardani James Joyce Jansen H. Sinamo Januardi Husin Jauhari Zailani JJ. Kusni John H. McGlynn Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joni Ariadinata Juan Kromen Junaidi Khab Kahfie Nazaruddin Kamajaya Al. Katuuk Khansa Arifah Adila Kho Ping Hoo Khoirul Abidin Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kitab Para Malaikat Knut Hamsun Koh Young Hun Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kurniawan Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leo Tolstoy Lesbumi Yogyakarta Levi Silalahi Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah M Shoim Anwar M. Aan Mansyur M. Abdullah Badri M. Adnan Amal M. Faizi M.D. Atmaja Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Marianne Katoppo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Mashuri Max Arifin MB. Wijaksana Melani Budianta Mohammad Yamin Muhammad Ainun Nadjib Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Mulyadi SA Munawir Aziz Mustamin Almandary Mustiar AR Musyafak Timur Banua Myra Sidharta Nara Ahirullah Naskah Teater Nawal el Saadawi Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurur Rokhmah Bintari Oka Rusmini Onghokham Otto Sukatno CR Pakcik Ahmad Pameran Parakitri T. Simbolon Pattimura Pentigraf Peter Handke Petrik Matanasi Pramoedya Ananta Toer Prima Sulistya Priyo Suwarno Prosa Puisi Purwanto Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Ng. Ronggowarsito R. Timur Budi Raja Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan KH Rambuana Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Raudal Tanjung Banua Raymond Samuel Reko Alum Remmy Novaris DM Remy Sylado Resensi Rey Baliate Ribut Wijoto Riduan Situmorang Rikard Diku Riki Dhamparan Putra Riri Satria Rizki Alfi Syahril Robert Adhi KS Roland Barthes Ronggowarsito Rony Agustinus Royyan Julian Rozi Kembara Rumah Kreatif Suku Seni Riau (RK – SSR) Rusdy Nurdiansyah Rusydi Zamzami S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Sajak Samsul Anam Santi T. Sapardi Djoko Damono Sari Novita Sarworo Sp Sasti Gotama Sastra Luar Pulau Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekar Sari Indah Cahyani Selendang Sulaiman Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Setiyardi Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sobih Adnan Soegiharto Sofyan RH. Zaid Sonia Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sri Wintala Achmad Stephen Barber Subagio Sastrowardoyo Sugito Ha Es Sukron Ma’mun Sumargono SN Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani T. Sandi Situmorang Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Toeti Heraty Tri Umi Sumartyarini Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy Wahyu Dhyatmika Wahyu Hidayat Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Adi Willem B Berybe WS. Rendra Y.B. Mangunwijaya Yohanes Sehandi Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusi A. Pareanom Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito Zeynita Gibbons Zulfikar Akbar