Wednesday, January 6, 2021

FIKSI YANG MENYENANGKAN SAYA 2020

Djoko Saryono
 
Selama pandemi COVID-19 justru banyak fiksi Indonesia ditulis dan diterbitkan baik cerpen maupun novel. Sebagai orang yang sudah telanjur dipedaya sihir candu buku, tentulah saya berusaha mendapatkan dan mengoleksi fiksi-fiksi Indonesia yang sudah terbit dan beredar, kemudian berusaha membacanya.
 
Membaca pelan-pelan, bukan membaca cepat, apalagi kilat, karena membaca fiksi seharusnya memang pelan-pelan agar kenikmatan didapat dan keindahan dapat tandas disesap. "Slow reading" paling cocok buat baca fiksi, bukan "speed reading", nasihat orang-orang pintar yang penggila sastra. Memang, kadang-kadang saya hanya membaca (secara) layap fiksi Indonesia yang saya koleksi. Biasanya hal itu saya lakukan untuk mengetahui kondisi umum fiksi.
 
Ketika membaca fiksi, pertama-tama yang jadi perhatian dan pertimbangan ialah keterbacaan fiksi. Apakah fiksi yang ada di hadapan saya "enak dibaca dan perlu terus dibaca sampai tuntas"? Jika keterbacaan rendah, yang secara subjektif dapat dikatakan "menyiksa", saya tak melanjutkan membaca atau tak bersemangat membacanya. Dalam kaitan ini bukan hanya aspek-aspek teknis penulisan, lebih-lebih aspek kebahasaan jadi pertimbangan utama saya. Aspek kebahasan yang tepat, cermat, indah, dan mengesankan akan membuat saya betah dan bergairah membaca.
 
Setelah keterbacaan khususnya kebahasaan, dimensi keindahan fiksi menjadi pertimbangan saya. Keindahan fiksi ini meliputi pendayaan dan penggayaan bahasa, pemanfaatan anasir karya fiksi untuk membangun narasi (cerita), dan kekhasan "pengucapan literer" dalam fiksi. Misalnya, saya langsung bersemangat baca saat membaca paragraf pertama novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan, Amba karya Laksmi Pamuntjak, Telegram karya Putu Wijaya dan Buanglah Hajat pada Tempatnya karena kekuatan bahasa, metafora, dan imajinasinya.
 
Berikutnya pokok persoalan yang digarap dan diolah dalam fiksi menjadi pertimbangan saya. Di sini bukan tema atau isinya, melainkan bagaimana tema atau isi diolah begitu rupa dengan peranti kebahasaan dan kesastraan. Tema boleh saja soal cinta sehari-hari, tak masalah. Yang penting adalah bagaimanakah cinta sehari-hari itu dikontektualisasi, lantas diolah dalam fiksi. Apalagi pokok persoalan atau tema yang sensitif, unik, dan merangsang hasrat ingin tahu, biasanya membuat saya tergerak untuk terus membaca sampai akhir fiksi.
 
Dengan tiga pertimbangan umum tersebut saya membaca berbagai fiksi untuk meraih kesenangan dan kegembiraan, syukur kalau ada kemanfaatannya. Sepanjang tahun pandemi COVID-19 sudah begitu banyak fiksi Indonesia yang menawarkan kesenangan dan kegembiraan kepada saya. Paling tidak ada 10 fiksi Indonesia telah memberi kesenangan dan kegembiraan batiniah kepada saya. Kesepuluh fiksi yang dimaksud sebagai berikut (urutannya).
 
1. Kekasih Musim Gugur karya Laksmi Pamuntjak.
2. Aib dan Nasib karya Minanto.
3. Kisah-kisah Perdagangan Paling Gemilang karya Ben Shohib.
4. Burung Kayu karya Niduparas Erlang.
5. Damar Kambang karya Muna Masyari.
6. CADL karya Triskaidekaman.
7. Mengapa Tuhan Menciptakan Kucing Hitam karya Sasti Gotama.
8. Berburu Buaya di Hindia Timur kary Risda Nur Widia
9. Sang Keris karya Panji Sukma.
10. Dari Dalam Kubur karya Soe Tjen Marching.
 
Sebenarnya lebih dari 10 fiksi Indonesia di atas yang sudah membuat saya begitu senang dan gembira. Paling tidak ada 10 fiksi Indonesia lain yang sama-sama memberi kesenangan dan kegembiraan, seperti halnya 19 fiksi di atas. Sepuluh fiksi Indonesia lainnya adalah sebagai berikut.
 
11. Serdadu dari Neraka karya Arafat Nur.
12. Memburu Muhammad karya Feby Indriani.
13. Rab(b)i karya Kedung Darma Romansha.
14. Kokokan Mencari Arumbawangi karya Cyntha Hariadi.
15. Babad Kopi Parahyangan karya Evi Sri Rezeki.
16. Buatlang Hajat pada Tempatnya karya Rio Johan.
17. Pendar Ungu dan Merah Latu karya Gus Tf Sakai.
18. Sejarah Nyeri karya Yuditeha.
19. Kehidupan di Dasar Telaga karya Prasetya Utomo.
20. Tembang dan Perang karya Junaedi Setiyono.
 
Kedua puluh fiksi Indonesia telah membuatku senang dan gembira. Sebab itu, subjektivitas saya yang bekerja. Kalau ada yang sepakat ya alhamdulillah, tidak pun tak apa-apa. Tambah bagus. Siapa tahu kedua puluh fiksi pilihan saya tersebut bisa menjadi masukan bagi mahasiswa menelitinya sebagai bagian dari tugas akhir. Di samping itu, bisa menjadi panduan sahabat FB yang ingin mencari bacaan fiksi. Kedua puluh fiksi Indonesia di atas bisa menjadi tanda, tetenger, untuk memilih bacaan fiksi.

3 Januari 2020 http://sastra-indonesia.com/2021/01/fiksi-yang-menyenangkan-saya-2020/

No comments:

Post a Comment

A Kholiq Arif A. Anzieb A. Muttaqin A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Kirno Tanda Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu Afri Meldam Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Hernawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi Ahid Hidayat Ahmad Baedowi Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Khadafi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Ali Audah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amir Hamzah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andi Achdian Andra Nur Oktaviani Anindita S Thayf Anton Kurnia Anton Kurniawan Apresiasi Sastra (APSAS) Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Aryadi Mellas AS Laksana Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Astree Hawa Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Ngashim Badaruddin Amir Balada Bambang Darto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Budi Darma Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Christine Hakim Cinta Laura Kiehl Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Dandy Bayu Bramasta Dani Sukma Agus Setiawan Daniel Dhakidae Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Rina Cahyani Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dick Hartoko Djajus Pete Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eduard Tambunan Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Faizin Eko Nuryono Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Endang Susanti Rustamadji Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evi Idawati Evi Sukaesih F. Rahardi Fadhila Ramadhona Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Faisal Fathur Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Farid Gaban Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Fina Sato Fitri Franz Kafka Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Hairus Salim Hamdy Salad Happy Salma Hardi Hamzah Hardjono WS Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasif Amini HB Jassin Hendy Pratama Henry Nurcahyo Herman Syahara Hernadi Tanzil Heru Nugroho Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Made Agung Iberamsyah Barbary Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idrus Ignas Kleden Ilham Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imelda Bachtiar Imron Rosyid Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indria Pamuhapsari Indrian Koto Inung AS Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS Iva Titin Shovia Iwan Nurdaya-Djafar Iwan Simatupang Jabbar Abdullah Jakob Oetama Jakob Sumardjo Jalaluddin Rakhmat Jaleswari Pramodhawardani James Joyce Jansen H. Sinamo Januardi Husin Jauhari Zailani JJ. Kusni John H. McGlynn Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joni Ariadinata Juan Kromen Junaidi Khab Kahfie Nazaruddin Kamajaya Al. Katuuk Khansa Arifah Adila Kho Ping Hoo Khoirul Abidin Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kitab Para Malaikat Knut Hamsun Koh Young Hun Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kurniawan Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leo Tolstoy Lesbumi Yogyakarta Levi Silalahi Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah M Shoim Anwar M. Aan Mansyur M. Abdullah Badri M. Adnan Amal M. Faizi M.D. Atmaja Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Marianne Katoppo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Mashuri Max Arifin MB. Wijaksana Melani Budianta Mohammad Yamin Muhammad Ainun Nadjib Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Mulyadi SA Munawir Aziz Mustamin Almandary Mustiar AR Musyafak Timur Banua Myra Sidharta Nara Ahirullah Naskah Teater Nawal el Saadawi Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurur Rokhmah Bintari Oka Rusmini Onghokham Otto Sukatno CR Pakcik Ahmad Pameran Parakitri T. Simbolon Pattimura Pentigraf Peter Handke Petrik Matanasi Pramoedya Ananta Toer Prima Sulistya Priyo Suwarno Prosa Puisi Purwanto Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Ng. Ronggowarsito R. Timur Budi Raja Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan KH Rambuana Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Raudal Tanjung Banua Raymond Samuel Reko Alum Remmy Novaris DM Remy Sylado Resensi Rey Baliate Ribut Wijoto Riduan Situmorang Rikard Diku Riki Dhamparan Putra Riri Satria Rizki Alfi Syahril Robert Adhi KS Roland Barthes Ronggowarsito Rony Agustinus Royyan Julian Rozi Kembara Rumah Kreatif Suku Seni Riau (RK – SSR) Rusdy Nurdiansyah Rusydi Zamzami S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Sajak Samsul Anam Santi T. Sapardi Djoko Damono Sari Novita Sarworo Sp Sasti Gotama Sastra Luar Pulau Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekar Sari Indah Cahyani Selendang Sulaiman Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Setiyardi Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sobih Adnan Soegiharto Sofyan RH. Zaid Sonia Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sri Wintala Achmad Stephen Barber Subagio Sastrowardoyo Sugito Ha Es Sukron Ma’mun Sumargono SN Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani T. Sandi Situmorang Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Toeti Heraty Tri Umi Sumartyarini Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy Wahyu Dhyatmika Wahyu Hidayat Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Adi Willem B Berybe WS. Rendra Y.B. Mangunwijaya Yohanes Sehandi Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusi A. Pareanom Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito Zeynita Gibbons Zulfikar Akbar