Thursday, January 28, 2021

Bahasa, Semesta Tanda

A.P. Edi Atmaja *
rimanews.com
 
Dalam nomenklatur strukturalisme, telah lama terpancang dalil bahwa ilmu bahasa (lingustik) hanyalah bagian dari ilmu tanda (semiologi) yang amat luas cakupannya. Dalil itu pertama kali dicetuskan oleh Ferdinand de Saussure dalam bukunya, Cours de Linguistique Generale, yang terbit pada 1916.
 
Sejak awal, semiologi memang dimaksudkan buat menggeledah segala sistem tanda, apa pun substansi dan ranahnya. Citra, gerak tubuh, suara musik, benda, ataupun gabungan di antara substansi-substansi itu membangun, jika bukan bahasa, setidaknya sistem penandaan. Namun, hari-hari ini, terasa sekali kenyataan bahwa bahasa memegang peran utama dalam semiologi: tiada sistem tanda yang selengkap bahasa manusia. Kian sulit membayangkan sistem citra dan objek yang petandanya bisa mandiri dari bahasa (hal vii).
 
Roland Barthes, dalam buku ringkas ini, mendedahkan elemen-elemen semiologi dengan bertolak dari asumsi tadi, yakni bahwa semiologi justru merupakan cabang dari linguistik. Beranjak dari akar konsep-konsep analitis linguistik, Barthes menyulam elemen-elemen semiologi secara lebih struktural dan sinkronis ketimbang Saussure.
 
Mula-mula, Barthes menjelaskan konsep bahasa (langue) dan tuturan (parole) yang merupakan sentral pemikiran Saussure. Menurut Saussure, bahasa adalah institusi sosial yang tidak tunduk pada campur tangan dari luar—tiada seorang pun yang mampu menciptakan atau mengubah kondisi ini. Bahasa adalah sebentuk perjanjian bersama yang mutlak diterima jika orang hendak berkomunikasi (hal 2). Berkebalikan dengan bahasa, tuturan pada dasarnya merupakan tindakan seleksi dan aktualisasi perseorangan, yang menjadi kekhasan saban individu.
 
Bahasa dan tuturan mesti dipahami dalam posisi dialektis yang saling menghubungkan: tiada bahasa tanpa tuturan dan tiada tuturan tanpa bahasa. Barthes mengafirmasi keterhubungan itu dalam sistem busana, makanan, mobil, dan perabot rumah. Menu makanan, sebagai contoh, mengilustrasikan dengan baik pertautan antara bahasa dan tuturan. Setiap menu tersusun dari struktur tertentu—yang bersifat nasional, regional, atau sosial—tapi struktur menu itu diisi dengan makanan yang berbeda-beda tergantung selera individu (hal 19).
 
Pada elemen semiologi berikutnya, Barthes mengulas penanda (signifiant) dan petanda (signifie). Dalam terminologi Saussurean, penanda dan petanda merupakan komponen tanda (hal 27). Ranah penanda berurusan dengan ekspresi, sementara ranah petanda berkenaan dengan isi.
 
Di bagian selanjutnya, Barthes mengurai dua poros bahasa: sintagma dan sistem. Secara sederhana dapat dimisalkan, sintagma adalah penyandingan elemen pakaian yang berlainan menjadi busana lengkap (peci-kemeja-sarung membentuk “busana Muslim”), sementara sistem adalah sekumpulan benang, detail, atau bagian pakaian yang tak bisa dikenakan pada bagian tubuh yang sama (hal 61).
 
Barthes memungkasi bukunya dengan menjabarkan denotasi, konotasi, dan penelitian semiologis. Konotasi menjadi penting lantaran ia terdiri dari penanda, petanda, dan proses yang menyatukan keduanya—disebut penandaan. Penanda-penanda konotasi dibentuk oleh tanda-tanda dari sistem denotasi (hal 93). Penelitian semiologis pun semestinya bukan bertujuan untuk merekonstruksi bahasa, melainkan sistem penandaan.
 
Membaca buku ini, kita seolah diajak menyelami setiap jengkal sistem tanda yang terangkai dalam semesta bahasa. Kadang, kita tersesat kala mengarungi kelebatan teks anggitan Barthes ini. Namun, kita pun lalu menemukan pencerahan.
***
 
Judul: Elemen-elemen Semiologi
Judul Asli: Elements of Semiology (New York: Hill and Wang, 1994)
Penulis: Roland Barthes
Penerjemah: Kahfie Nazaruddin
Penerbit: Jalasutra, Yogyakarta
Tahun: Cetakan I, September 2012
Tebal: xii + 120 halaman
ISBN: 978-602-8252-80-5

*) Peminat kajian bahasa di LPM Gema Keadilan, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro. http://sastra-indonesia.com/2021/01/bahasa-semesta-tanda/

No comments:

Post a Comment

A Kholiq Arif A. Anzieb A. Muttaqin A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Kirno Tanda Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu Afri Meldam Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Hernawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi Ahid Hidayat Ahmad Baedowi Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Khadafi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Ali Audah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amir Hamzah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andi Achdian Andra Nur Oktaviani Anindita S Thayf Anton Kurnia Anton Kurniawan Apresiasi Sastra (APSAS) Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Aryadi Mellas AS Laksana Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Astree Hawa Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Ngashim Badaruddin Amir Balada Bambang Darto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Budi Darma Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Christine Hakim Cinta Laura Kiehl Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Dandy Bayu Bramasta Dani Sukma Agus Setiawan Daniel Dhakidae Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Rina Cahyani Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dick Hartoko Djajus Pete Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eduard Tambunan Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Faizin Eko Nuryono Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Endang Susanti Rustamadji Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evi Idawati Evi Sukaesih F. Rahardi Fadhila Ramadhona Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Faisal Fathur Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Farid Gaban Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Fina Sato Fitri Franz Kafka Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Hairus Salim Hamdy Salad Happy Salma Hardi Hamzah Hardjono WS Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasif Amini HB Jassin Hendy Pratama Henry Nurcahyo Herman Syahara Hernadi Tanzil Heru Nugroho Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Made Agung Iberamsyah Barbary Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idrus Ignas Kleden Ilham Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imelda Bachtiar Imron Rosyid Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indria Pamuhapsari Indrian Koto Inung AS Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS Iva Titin Shovia Iwan Nurdaya-Djafar Iwan Simatupang Jabbar Abdullah Jakob Oetama Jakob Sumardjo Jalaluddin Rakhmat Jaleswari Pramodhawardani James Joyce Jansen H. Sinamo Januardi Husin Jauhari Zailani JJ. Kusni John H. McGlynn Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joni Ariadinata Juan Kromen Junaidi Khab Kahfie Nazaruddin Kamajaya Al. Katuuk Khansa Arifah Adila Kho Ping Hoo Khoirul Abidin Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kitab Para Malaikat Knut Hamsun Koh Young Hun Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kurniawan Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leo Tolstoy Lesbumi Yogyakarta Levi Silalahi Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah M Shoim Anwar M. Aan Mansyur M. Abdullah Badri M. Adnan Amal M. Faizi M.D. Atmaja Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Marianne Katoppo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Mashuri Max Arifin MB. Wijaksana Melani Budianta Mohammad Yamin Muhammad Ainun Nadjib Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Mulyadi SA Munawir Aziz Mustamin Almandary Mustiar AR Musyafak Timur Banua Myra Sidharta Nara Ahirullah Naskah Teater Nawal el Saadawi Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurur Rokhmah Bintari Oka Rusmini Onghokham Otto Sukatno CR Pakcik Ahmad Pameran Parakitri T. Simbolon Pattimura Pentigraf Peter Handke Petrik Matanasi Pramoedya Ananta Toer Prima Sulistya Priyo Suwarno Prosa Puisi Purwanto Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Ng. Ronggowarsito R. Timur Budi Raja Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan KH Rambuana Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Raudal Tanjung Banua Raymond Samuel Reko Alum Remmy Novaris DM Remy Sylado Resensi Rey Baliate Ribut Wijoto Riduan Situmorang Rikard Diku Riki Dhamparan Putra Riri Satria Rizki Alfi Syahril Robert Adhi KS Roland Barthes Ronggowarsito Rony Agustinus Royyan Julian Rozi Kembara Rumah Kreatif Suku Seni Riau (RK – SSR) Rusdy Nurdiansyah Rusydi Zamzami S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Sajak Samsul Anam Santi T. Sapardi Djoko Damono Sari Novita Sarworo Sp Sasti Gotama Sastra Luar Pulau Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekar Sari Indah Cahyani Selendang Sulaiman Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Setiyardi Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sobih Adnan Soegiharto Sofyan RH. Zaid Sonia Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sri Wintala Achmad Stephen Barber Subagio Sastrowardoyo Sugito Ha Es Sukron Ma’mun Sumargono SN Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani T. Sandi Situmorang Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Toeti Heraty Tri Umi Sumartyarini Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy Wahyu Dhyatmika Wahyu Hidayat Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Adi Willem B Berybe WS. Rendra Y.B. Mangunwijaya Yohanes Sehandi Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusi A. Pareanom Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito Zeynita Gibbons Zulfikar Akbar