Friday, November 27, 2020

Mengapa Gaji Editor di Indonesia Menyedihkan?

Safar Nurhan *
 
Menjadi editor tak pernah terpikirkan dalam hidup saya di Banggai Laut, Sulawesi Tengah, mendapat lembar-lembar uang (bukan puing emas) dari kerja mengedit naskah.
 
Saat kecil, saya seperti anak pada umumnya yang bercita-cita kalau besar nanti akan menjadi polisi, guru, atau tenaga kesehatan (baca: profesi yang memakai pakaian seragam).
 
Editor adalah “menunda” untuk menjadi seorang penulis. Atau, mengambil jalan editor karena ia gagal dalam kepenulisan. Ada pula orang yang bisa menjadi editor sekaligus penulis.
 
Editor adalah pembaca kuat. Matanya mata elang, tengok sana dan sini. Niatnya mencari lubang-lubang yang luput diperhatikan oleh penulis.
 
Beberapa editor yang saya kenal di Yogyakarta bertahan di posisinya sekarang, sebab memang tidak ada jalan lain, dengan konsekuensi di belakangnya. Salah satunya honor editor.
 
Ada mekanisme pembayaran honor editor yang belum paten di ekosistem perbukuan Yogyakarta, khususnya di penerbitan indie, yang banyak membutuhkan jasa editor lepas.
 
Pekerja tetap di penerbit memiliki gaji pasti, yang mungkin sesuai UMR setempat, dalam hal ini di Yogyakarta. Sedangkan, gaji pekerja lepas tidak memiliki gaji atau honor pasti. Beberapa penerbit memiliki honor yang berbeda kepada editor, ada juga yang sama.
 
Kita ketahui bahwa UMR daerah ini begitu rendah dibandingkan UMR daerah lain di Indonesia. Sedangkan, biaya hidup terus melonjak dan meninjak.
 
Saya editor lepas di beberapa penerbit. Kadang, saya mengambil pesanan dari luar Yogyakarta. Saat ada pesanan dari luar Yogyakarta, saya bisa menentukan honor yang mesti si pesanan bayar. Namun, saya belum bisa menerapkan itu di penerbit Yogyakarta karena ada semacam aturan pembayaran yang belum jelas dari mana asalnya dan itu lakoni oleh penerbit indie: Rp5.000.00 per halaman Microsoft Word atau halaman buku. Bukan angka lima ribu itu yang bermasalah, namun per halamannya, sesuai Microsoft Word atau buku.
Misal, penerbit A menerapkan Rp5.000.00 per halaman MS. Word A4 (huruf Times New Roman, ukuran huruf 12, dan spasi 1.5), penerbit B menerapkan Rp5.000.00 per halaman buku.
 
Yang menjadi masalah saat penerbit B memiliki ukuran buku yang berbeda-beda. Ukuran buku yang kerap diterapkan oleh penerbit: 12 x 18 cm; 13 x 19 cm; 14 x 20 cm; 14 x 21 cm; 15 x 23 cm. Jika ukuran buku kecil, editor akan diuntungkan. Tapi, bila ukuran buku cukup besar maka editor akan dirugikan. Sebab, semakin besar ukuran buku, jumlah halaman akan berkurang.
 
Belum lagi penerbit yang nakal mengotak-atik spasi dan memainkan ukuran, itu akan memengaruhi jumlah halaman buku dan pula berdampak kepada bayaran editor.
 
Perbedaan honor editan ini membuat teman-teman editor yang saya kenal menjadi bingung. Standar honor mana yang mesti kita—semua pelaku buku—terapkan? Tidak ada standarisasi format yang jelas akan merugikan semua pihak.
 
Kita banyak membaca berita di media massa bahwa buruh di perusahaan tertentu di kota tertentu tidak menerapkan upah buruh layak. Lalu, bagaimana dengan kasus buruh editor? Apakah sudah layak?
 
Mungkin membicarakan gaji di publik adalah hal tabu. Tapi, di lingkaran kecil di warung kopi, gaji seperti ini kerap dibicarakan. Penerbit A menerapkan dengan jumlah sedikit, sedangkan penerbit B menerapkan jumlah banyak. Ada semacam pembicaraan yang tak mungkin dikomunikasikan secara langsung kepada penerbit, namun diam-diam kita membicarakannya di belakang. Apa yang salah bila gaji editor mempunyai standarisasi?
 
Bila royalti penulis bisa dibicarakan secara terang-terangan: penerbit A memberi royalti 10% dan penerbit B mengasih 15%, kenapa gaji editor tidak? Atau, jika royalti penulis sudah mempunyai standar, mengapa gaji editor tidak?
 
Atau, seperti ini: jika banyak buruh di perusahaan menuntut gaji mereka dinaikkan, mengapa editor tidak bisa menuntut gaji dinaikkan? Padahal, kita ketahui bersama bahwa editor adalah buruh juga.
 
Mungkin, gaji editor disesuaikan oleh jejak editannya di mana-mana. Berarti di sini, ada kategori editor senior dan junior. Anggaplah ada dan memang ada, tapi yang menjadi pertanyaan: kategori editor senior dan editor junior itu seperti apa?
 
Saya kira, para pelaku perbukuan mesti menyadari bahwa ini masalah bersama. Penerbit jangan hanya diam dan sadar bahwa honor Rp5.000.00 per halaman itu sudah usang diterapkan di Yogyakarta dan tidak ada niat menaikkannya. Editor pun demikian, jangan hanya mutung di warung kopi dan tidak ada gerakan jelas untuk kemakmuran bersama. Membicarakan gerakan buruh di perusahaan tertentu begitu lihai, namun keok saat nasib buruh itu terjadi kepada kita sendiri.
 
Mungkin, akan ada pertanyaan selanjutnya: standar gaji editor lepas memang berapa?
 
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2017 tentang “Sistem Perbukuan”, Pasal 19 menyebutkan bahwa editor punya hak: pertama, membentuk organisasi profesi, kedua, mendapatkan imbalan atas naskah editannya.
 
Butir pertama, saya belum mendengar ada organisasi profesi editor di Indonesia. Entah kapan organisasi seperti itu akan muncul. Butir kedua, imbalannya tidak jelas. Seberapa banyak imbalan yang didapatkan oleh editor?
 
Saya berpikir positif terhadap butir kedua tersebut. Mungkin imbalannya disesuaikan dengan UMR setempat. Namun, UMR akan berlaku pada pelaku buku yang kerja tetap di penerbit. Itu pun kalau penerbit menerapakan UMR. Lalu, bagaimana dengan editor lepas, apakah imbalannya sesuai hati pemilik penerbit?
 
Poinnya utama yang saya ingin sampaikan bahwa gaji editor lepas mesti ada aturan yang pasti: pembayarannya berapa dan berdasarkan apa. Sesuai ukuran buku atau halaman naskah format Microsoft Word.
 
Terakhir, editor pun harus tahu diri, sudah seberapa jauh ilmu pengeditan yang kita miliki.
 
Geotimes, 28 Juli 2019

*) Safar Nurhan, lahir di Paisubebe, Banggai Laut, Sulawesi Tengah. Penulis, editor dan sudah menerbitkan buku kumcer Nelayan Itu Berhenti Melaut (2019). Sekarang sedang menyiapkan satu novel. Aktif bergibah di komunitas imajiner. https://sastra-indonesia.com/2020/11/mengapa-gaji-editor-di-indonesia-menyedihkan/

No comments:

Post a Comment

A Kholiq Arif A. Anzieb A. Muttaqin A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Kirno Tanda Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu Afri Meldam Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Hernawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi Ahid Hidayat Ahmad Baedowi Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Khadafi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Ali Audah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amir Hamzah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andi Achdian Andra Nur Oktaviani Anindita S Thayf Anton Kurnia Anton Kurniawan Apresiasi Sastra (APSAS) Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Aryadi Mellas AS Laksana Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Astree Hawa Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Ngashim Badaruddin Amir Balada Bambang Darto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Budi Darma Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Christine Hakim Cinta Laura Kiehl Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Dandy Bayu Bramasta Dani Sukma Agus Setiawan Daniel Dhakidae Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Rina Cahyani Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dick Hartoko Djajus Pete Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eduard Tambunan Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Faizin Eko Nuryono Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Endang Susanti Rustamadji Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evi Idawati Evi Sukaesih F. Rahardi Fadhila Ramadhona Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Faisal Fathur Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Farid Gaban Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Fina Sato Fitri Franz Kafka Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Hairus Salim Hamdy Salad Happy Salma Hardi Hamzah Hardjono WS Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasif Amini HB Jassin Hendy Pratama Henry Nurcahyo Herman Syahara Hernadi Tanzil Heru Nugroho Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Made Agung Iberamsyah Barbary Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idrus Ignas Kleden Ilham Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imelda Bachtiar Imron Rosyid Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indria Pamuhapsari Indrian Koto Inung AS Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS Iva Titin Shovia Iwan Nurdaya-Djafar Iwan Simatupang Jabbar Abdullah Jakob Oetama Jakob Sumardjo Jalaluddin Rakhmat Jaleswari Pramodhawardani James Joyce Jansen H. Sinamo Januardi Husin Jauhari Zailani JJ. Kusni John H. McGlynn Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joni Ariadinata Juan Kromen Junaidi Khab Kahfie Nazaruddin Kamajaya Al. Katuuk Khansa Arifah Adila Kho Ping Hoo Khoirul Abidin Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kitab Para Malaikat Knut Hamsun Koh Young Hun Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kurniawan Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leo Tolstoy Lesbumi Yogyakarta Levi Silalahi Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah M Shoim Anwar M. Aan Mansyur M. Abdullah Badri M. Adnan Amal M. Faizi M.D. Atmaja Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Marianne Katoppo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Mashuri Max Arifin MB. Wijaksana Melani Budianta Mohammad Yamin Muhammad Ainun Nadjib Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Mulyadi SA Munawir Aziz Mustamin Almandary Mustiar AR Musyafak Timur Banua Myra Sidharta Nara Ahirullah Naskah Teater Nawal el Saadawi Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurur Rokhmah Bintari Oka Rusmini Onghokham Otto Sukatno CR Pakcik Ahmad Pameran Parakitri T. Simbolon Pattimura Pentigraf Peter Handke Petrik Matanasi Pramoedya Ananta Toer Prima Sulistya Priyo Suwarno Prosa Puisi Purwanto Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Ng. Ronggowarsito R. Timur Budi Raja Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan KH Rambuana Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Raudal Tanjung Banua Raymond Samuel Reko Alum Remmy Novaris DM Remy Sylado Resensi Rey Baliate Ribut Wijoto Riduan Situmorang Rikard Diku Riki Dhamparan Putra Riri Satria Rizki Alfi Syahril Robert Adhi KS Roland Barthes Ronggowarsito Rony Agustinus Royyan Julian Rozi Kembara Rumah Kreatif Suku Seni Riau (RK – SSR) Rusdy Nurdiansyah Rusydi Zamzami S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Sajak Samsul Anam Santi T. Sapardi Djoko Damono Sari Novita Sarworo Sp Sasti Gotama Sastra Luar Pulau Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekar Sari Indah Cahyani Selendang Sulaiman Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Setiyardi Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sobih Adnan Soegiharto Sofyan RH. Zaid Sonia Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sri Wintala Achmad Stephen Barber Subagio Sastrowardoyo Sugito Ha Es Sukron Ma’mun Sumargono SN Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani T. Sandi Situmorang Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Toeti Heraty Tri Umi Sumartyarini Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy Wahyu Dhyatmika Wahyu Hidayat Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Adi Willem B Berybe WS. Rendra Y.B. Mangunwijaya Yohanes Sehandi Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusi A. Pareanom Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito Zeynita Gibbons Zulfikar Akbar