Sunday, October 4, 2020

Yang Kuliah, Lalu Berdiskusi

Faisal Fathur 

Universitas sebagai tempat bergumulnya pemikiran mestilah jadi tempat paling ideal bagi siapapun pegiat akademis untuk berkembang. Bukan semata-mata lekas mengejar gelar, lalu lulus menjadi makelar. Namun lebih berupaya memanfaatkan ruang-ruang pemikiran semasa kuliah demi menajamkan penalaran. Siapapun yang menempa ilmu di universitas seyogyanya sadar akan fungsi dirinya bisa berada di sana. Mahasiswa, juga tentu mafhum bahwa persoalan dialektika tak melulu mesti hadir di ruang kelas.

Beruntung, kehidupan seperti itu masih terlihat nyata di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Sekalipun tidak banyak, ruang-ruang diskusi masih memiliki peminat di kampus tersebut. Sebut saja apa yang dilakukan organisasi mahasiswa di bawah naungan universitas, semisal LPM Didaktika, Lembaga Kajian Mahasiswa (LKM), dan Pusake Betawi UNJ. Hingga perkumpulan lain yang muncul atas inisiatif mahasiswa sendiri seperti Solidaritas Pemuda Rawamangun (Spora), Serikat Mahasiswa Perubahan (Semeru), Komunitas Tembok dan beberapa lainnya.

Didaktika dan LKM, sebagai organisasi terlama sekaligus mendapat banyak bantuan dana dari universitas, rutin mengagendakan diskusi yang dapat diikuti oleh anggotanya hingga khalayak luas. Seperti pada Jumat (25/11), LKM mengadakan acara Ocehan Tak Sejenak dan menghadirkan Bandung Mawardi untuk membincangkan buku Pesan dan Godaan Buku di Lembaran Masa Lalu. Di lain waktu, kedua organisasi tersebut juga kerap melakukan diskusi mingguan yang sering kali membahas isu sosial, politik, hingga pemikiran tokoh-tokoh yang lekat dengan pembelajaran mahasiswanya sendiri.

Di waktu dan tempat lain, organisasi yang belum lama berdiri yakni Pusake Betawi, juga mencoba rutin untuk membuka ruang-ruang diskusi di universitas. Belum lama, bertempat di ruang sekretariatnya, Pusake Betawi mengadakan diskusi santai untuk membedah buku kumpulan cerita pendek Desas-desus Tentang Kencing Sembarangan, buah karya mahasiswa yang berasal dari Komunitas Tembok. Pun, itu sekaligus menunjukan bahwa untuk menciptakan ruang-ruang diskusi yang menyenangkan di kampus setiap perkumpulan dapat saling bergandengan tangan dan berkolaborasi.

Lain cerita bagi sekumpulan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial yang terlihat berdiskusi ala kadarnya di kampus. Di bawah bendera Spora, mereka sering kali beradu gagasan secara santai di Teater Terbuka. Ditemani segelas kopi dan beberapa camilan kecil, tak ayal apa yang dibahas para mahasiswa nyatanya dapat menyinggung hal-hal besar. Mereka dengan kritisnya rutin membincangkan topik-topik seperti: carut-marut sistem pendidikan, kebobrokan kapitalisme, hingga persoalan-persoalan sosial lain yang lekat dengan kenyataan.

Adapun ruang-ruang diskusi yang muncul itu seperti alternatif ketika ruang kelas tak kunjung menyajikan sesi diskusi yang menyenangkan. Kurikulum yang seperti memaksa mahasiswa untuk menyukai suatu topik, beban tugas yang melimpah, hingga apatisnya beberapa mahasiswa lain dalam merespon persoalan. Sebab itu, perkumpulan kecil di luar kelas setidaknya dapat menjadi opsi ketika ruang kelas mulai menghadirkan kejemuan dalam praktik pembelajarannya.

Sekalipun memang setiap mahasiswa kini tak melulu perlu menyesaki ruang pengap untuk bisa berdialektika, menerjang panas dan hujan untuk mengutarakan gagasan-gagasannya, atau bermacet-macet di jalan agar segera bisa datang ke kuliah umum. Masa kini, lewat media sosialnya, terlihat mahasiswa dapat lebih fleksibel untuk berjejaring dengan sesamanya. Pola baru itu yang kini juga terlihat dalam mewujudkan gerak-gerak diskusi yang lebih virtual.

Seperti yang diinisiasi oleh mahasiswa program studi Pendidikan Sejarah ketika membentuk Historypreneur yang rutin membahas persoalan serta gejolak sejarah dalam grup media percakapan LINE. Dengan demikian, diskusi dapat berlangsung secara manasuka sesuai dengan minat tiap mahasiswa pada suatu topik. Sekaligus itu menghadirkan keuntungan lebih sebab pelbagai gagasan yang diutarakan langsung terjejer dalam medium percakapan yang setelahnya dapat dengan mudah direkap.

Tentu, itu semua sekadar menunjukan bahwa banyak ragam diskusi yang menghiasi kehidupan perkuliahan di Universitas Negeri Jakarta. Sedikit mengutip kata Pramoedya Ananta Toer, bahwa seorang yang terpelajar haruslah sudah berlaku adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Ruang-ruang diskusi yang cukup tersebar sekiranya dapat menjadi pemantik bagi mahasiswa untuk mulai kembali menggalakkan diskusi. Setelah itu barulah mahasiswa dapat menyombongkan diri akan berbagai aksi yang kemudian dilakukannya. Sebab mereka telah mendapat paket lengkap dalam berdialektika: dalam dan luar kelas.

Diskusi buku kumpulan cerita “Desas-desus Tentang Kencing Sembarangan” di ruang sekretariat Pusake Betawi UNJ bersama Irsyad Ridho, Niduparras Erlang, Amar Ar-Risalah, dan Putera Sukindar.

***

No comments:

Post a Comment

A Kholiq Arif A. Anzieb A. Muttaqin A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi A.P. Edi Atmaja A'yat Khalili Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Kirno Tanda Abdullah Harahap Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu Afri Meldam Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Agus Dermawan T. Agus Hernawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi Ahid Hidayat Ahmad Baedowi Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Khadafi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Ali Audah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amir Hamzah Ana Mustamin Anam Rahus Andari Karina Anom Andi Achdian Andra Nur Oktaviani Anindita S Thayf Anton Kurnia Anton Kurniawan Apresiasi Sastra (APSAS) Aprinus Salam Arafat Nur Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Aryadi Mellas AS Laksana Asarpin Asep Sambodja Asrul Sani Astree Hawa Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Ngashim Badaruddin Amir Balada Bambang Darto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Budi Darma Bustan Basir Maras Cak Sariban Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Christine Hakim Cinta Laura Kiehl Daisy Priyanti Damhuri Muhammad Dandy Bayu Bramasta Dani Sukma Agus Setiawan Daniel Dhakidae Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Dewi Rina Cahyani Dharmadi Dhenok Kristianti Dian Wahyu Kusuma Dick Hartoko Djajus Pete Djoko Pitono Djoko Saryono Donny Anggoro Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eduard Tambunan Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Faizin Eko Nuryono Emha Ainun Nadjib Enda Menzies Endang Susanti Rustamadji Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evi Idawati Evi Sukaesih F. Rahardi Fadhila Ramadhona Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Faisal Fathur Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Farid Gaban Fariz al-Nizar Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrozak Faza Bina Al-Alim Feby Indirani Felix K. Nesi Fian Firatmaja Fina Sato Fitri Franz Kafka Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Hairus Salim Hamdy Salad Happy Salma Hardi Hamzah Hardjono WS Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasif Amini HB Jassin Hendy Pratama Henry Nurcahyo Herman Syahara Hernadi Tanzil Heru Nugroho Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Gusti Ngurah Made Agung Iberamsyah Barbary Ida Fitri IDG Windhu Sancaya Idrus Ignas Kleden Ilham Imam Muhayat Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imelda Bachtiar Imron Rosyid Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indria Pamuhapsari Indrian Koto Inung AS Irwan Kelana Isbedy Stiawan ZS Iva Titin Shovia Iwan Nurdaya-Djafar Iwan Simatupang Jabbar Abdullah Jakob Oetama Jakob Sumardjo Jalaluddin Rakhmat Jaleswari Pramodhawardani James Joyce Jansen H. Sinamo Januardi Husin Jauhari Zailani JJ. Kusni John H. McGlynn Joko Budhiarto Joko Pinurbo Joni Ariadinata Juan Kromen Junaidi Khab Kahfie Nazaruddin Kamajaya Al. Katuuk Khansa Arifah Adila Kho Ping Hoo Khoirul Abidin Ki Supriyoko Kiagus Wahyudi Kitab Para Malaikat Knut Hamsun Koh Young Hun Kritik Sastra Kucing Oren Kunni Masrohanti Kurniawan Kuswinarto L.K. Ara Laksmi Shitaresmi Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leo Tolstoy Lesbumi Yogyakarta Levi Silalahi Linda Sarmili Lukisan Lutfi Mardiansyah M Shoim Anwar M. Aan Mansyur M. Abdullah Badri M. Adnan Amal M. Faizi M.D. Atmaja Mahamuda Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Marianne Katoppo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Mashuri Max Arifin MB. Wijaksana Melani Budianta Mohammad Yamin Muhammad Ainun Nadjib Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Mulyadi SA Munawir Aziz Mustamin Almandary Mustiar AR Musyafak Timur Banua Myra Sidharta Nara Ahirullah Naskah Teater Nawal el Saadawi Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nirwan Ahmad Arsuka Nizar Qabbani Nurel Javissyarqi Nurul Anam Nurur Rokhmah Bintari Oka Rusmini Onghokham Otto Sukatno CR Pakcik Ahmad Pameran Parakitri T. Simbolon Pattimura Pentigraf Peter Handke Petrik Matanasi Pramoedya Ananta Toer Prima Sulistya Priyo Suwarno Prosa Puisi Purwanto Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya R Sutandya Yudha Khaidar R. Ng. Ronggowarsito R. Timur Budi Raja Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sutandya Yudhanto Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Prabu Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan KH Rambuana Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Raudal Tanjung Banua Raymond Samuel Reko Alum Remmy Novaris DM Remy Sylado Resensi Rey Baliate Ribut Wijoto Riduan Situmorang Rikard Diku Riki Dhamparan Putra Riri Satria Rizki Alfi Syahril Robert Adhi KS Roland Barthes Ronggowarsito Rony Agustinus Royyan Julian Rozi Kembara Rumah Kreatif Suku Seni Riau (RK – SSR) Rusdy Nurdiansyah Rusydi Zamzami S. Arimba S. Jai Sabrank Suparno Safar Nurhan Sajak Samsul Anam Santi T. Sapardi Djoko Damono Sari Novita Sarworo Sp Sasti Gotama Sastra Luar Pulau Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekar Sari Indah Cahyani Selendang Sulaiman Seni Rupa Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Setiyardi Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sobih Adnan Soegiharto Sofyan RH. Zaid Sonia Sosiawan Leak Sovian Lawendatu Sri Wintala Achmad Stephen Barber Subagio Sastrowardoyo Sugito Ha Es Sukron Ma’mun Sumargono SN Sunaryono Basuki Ks Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani T. Sandi Situmorang Tatan Daniel Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Toeti Heraty Tri Umi Sumartyarini Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Usman Arrumy Wahyu Dhyatmika Wahyu Hidayat Wawancara Wayan Jengki Sunarta Welly Kuswanto Wicaksono Adi Willem B Berybe WS. Rendra Y.B. Mangunwijaya Yohanes Sehandi Yudhistira ANM Massardi Yukio Mishima Yusi A. Pareanom Zainal Arifin Thoha Zehan Zareez Zen Rachmat Sugito Zeynita Gibbons Zulfikar Akbar